Teori Perkembangan Moral
Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu. Moral dalam hal ini berarti adat kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial tersebut.
Norma moral adalah norma untuk mengukur betul salahnya suatu tindakan manusia sebagai manusia, bukan untuk mengukur betul salahnya tindakan manusia yang berkaitan dengan kecakapan atau keterampilannya dalam suatu pekerjaan tertentu. Moral berkaitan dengan nilai, norma dan tata aturan yang berakar pada pengendalian dari dalam diri sendiri (self control). Sedangkan kata moral sendiri berasal dari kata mores dalam bahasa latin yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, kebiasaan. Tingkah laku yang bermoral menurut Gunarsa ialah tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata cara/adat yang ada dalam suatu kelompok Nilai-nilai adat ini mungkin berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Bahkan di dalam suatu masyarakat mungkin terdapat bermacam-macam Batasan mengenai nilai-nilai moral. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktorfaktor kebudayaan suatu kelompok sosial atau masyarakat.
Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu. Moral dalam hal ini berarti adat kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial tersebut. Ketidakpatuhan ini bukan karena ketidakmampuan memahami harapan kelompok tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh ketidaksetujuan terhadap harapan kelompok sosial tersebut, atau karena kurang merasa wajib untuk mematuhinya. Perilaku di luar kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami harapan kelompok sosial.
Berikut akan dijelaskan dasar teori perkembangan moral oleh beberapa ahli psikologi, yang akan dijelaskan secara singkat.
Teori Perkembangan Moral dari Sudut Pandang Psikologi
Teori-teori berikut merupakan kumpulan teori psikologi yang membahas tentang perkembangan moral yang dapat dipahami lebih dalam
1. Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral
Dalam menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial yang berisikan sistem nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan “benar” atau “salahnya” sesuatu.
Menurut teori psikoanalisa klasik Freud, semua orang mengalami konflik oedipus. Konflik ini akan menghasilkan pembentukan struktur kepribadian yang dinamakan Freud sebagai superego. Ketika anak mengatasi konflik oedipus ini, maka perkembangan moral dimulai. Salah satu alasan mengapa anak mengatasi konflik oedipus adalah perasaan khawatir akan kehilangan kasih sayang orang tua dan ketakutan akan dihukum karena keinginan seksual mereka yang tidak dapat diterima terhadap orang tua yang berbeda jenis kelamin. Untuk mengurangi kecemasan, menghindari hukuman, dan mempertahankan kasih sayang orang tua, anak-anak membentuk suatu superego dengan mengidentifikasi diri dengan orang tua yang sama jenis kelaminnya menginternalisasi standar-standar benar dan salah orang tua.
Struktur superego ini mempunyai dua komponen, yaitu ego ideal kata hati (conscience). Kata hati mengabaikan bagian dalam atau kehidupan mental seseorang , peraturan-peraturan masyarakat, hukum, kode, etika dan moral pada usia kira-kira 5 tahun perkembangan superego secara khas akan menjadi sempurna. Ketika hal ini terjadi, maka suara hati terbentuk. Ini berarti pada usia 5 tahun orang menyelesaikan pengembangan moralnya (Lerner&Hultsch, 1983).
2. Teori Belajar-Sosial tentang Perkembangan Moral
Teori belajar moral melihat tingkah laku moral sebagai respons atas stimulasi. Dalam hal ini, proses-proses penguatan, penghukuman dan peniruan digunakan untuk menjelaskan perilaku moral anak-anak. Bila anak diberi hadiah atas perilaku yang sesuai dengan aturan dan kontrak sosial, mereka akan mengulangi perilaku tersebut. Sebaliknya, bila mereka dihukum atas perilaku yang tidak bermoral, maka perilaku itu akan berkurang atau hilang.
3. Teori Kognitif Piaget tentang Perkembangan Moral
Teori kognitif Piaget mengenai perkembangan moral melibatkan prinsipprinsip dan proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya tentang perkembangan intelektual. Bagi Piaget, perkembangan moral digambarkan melalui aturan permainan. Karena itu, hakikat moralitas adalah kecenderungan untuk menerima dan menaati sistem peraturan. Berdasarkan hasil observasinya terhadap aturan-aturan permainan yang digunakan anak-anak, Piaget menyimpulkan bahwa pemikiran anak-anak tentang moralitas dapat dibedakan atas dua tahap heteronomous morality dan outonomous morality (Siefert&Hoffnung, 1994). Heteronomous morality atau morality of constraint ialah tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 6 hingga 9 tahun.
Dalam tahap berpikir ini, anak-anak menghormati ketentuan-ketentuan suatu permainan sebagai sesuatu yang bersifat suci dan tidak dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Anak-anak pada masa ini yakin akan keadilan Immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan. Mereka percaya bahwa pelanggaran diasosiasikan secara otomatis dengan hukuman, dan setiap pelanggar akan dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan seorang anak dan mengabaikan apakah kesalahan itu disengaja atau kebetulan.
Autonomous morality atau morality of cooperation ialah tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak-anak usia kira-kira 9 hingga 12 tahun. Pada tahap ini anak mulai sadar bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum merupakan ciptaan manusia dan dalam menerapkan suatu hukuman atas suatu tindakan harus mempertimbangkan maksud pelaku serta akibat-akibatnya. Bagi anak-anak dalam tahap peraturan-peraturan hanyalah masalah kenyamanan dan kontrak sosial yang telah disetujui bersama, sehingga mereka menerima dan mengakui perubahan menurut kesepakatan. Dalam tahap ini, anak juga meninggalkan pengamatan kepada teman sebayanya. Mereka nampak membandel kepada otoritas, serta lebih menaati peraturan kelompok sebaya atau pemimpinnya.
4. Teori Kohlberg tentang Perkembangan Moral
Teori Kohlberg tentang perkembangan moral merupakan perluasan, modifikasi, dan redefinisi atas teori Piaget. Teori ini didasarkan atas analisisnya terhadap hasil wawancara dengan anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan pada suatu dilema moral, dimana mereka harus memilih antara tindakan menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang bertentangan dengan peraturan.
Berdasarkan pertimbangan yang diberikan atas pertanyaan kasus dilematis yang dihadapi seseorang, Kohlberg mengklarifikasikan perkembangan moral atas tiga tingkatan (level), yang kemudian dibagi lagi menjadi enam tahap (stage). Kohlberg setuju dengan Piaget yang menjelaskan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari pengalaman. Tetapi, tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan dari anak-anak. Anak-anak memang berkembang melalui interaksi sosial, namun interaksi ini memiliki corak khusus, dimana faktor pribadi yaitu aktivitas-aktivitas anak ikut berperan.
Hal penting lain dari faktor perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan seseorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.
Itulah beberapa teori psikologi yang membahas perkembangan moral mulai dari teori psikoanalisas (psikodinamika), teori social learning, teori kognitif dan Kohlberg tentang moral. Tentunya penjelasan dinamika perkembangan moral setiap teori berbeda-beda tergantung dengan sudut pandang teori tersebut.