Tantangan Psikologis Siswa dalam Menghadapi Assessment online
Peran orang tua menjadi sangat penting dalam membantu siswa mengatasi berbagai dampak negatif pelaksanaan assesment online.
Pandemi COVID-19 telah mengubah tatanan dunia, termasuk dalam dunia pendidikan. Pembelajaran tatap muka digantikan dengan pembelajaran jarak jauh (Daring) secara daring. Hal ini tentu membawa tantangan tersendiri bagi siswa, salah satunya adalah tantangan psikologis dalam menghadapi assessment online. Assessment online adalah bentuk penilaian yang dilakukan secara daring, menggunakan perangkat elektronik seperti komputer, laptop, atau smartphone. Assessment online memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan asesmen konvensional, seperti lebih efisien, efektif, dan fleksibel. Namun, assessment online juga memiliki beberapa tantangan, salah satunya adalah tantangan psikologis bagi siswa.
Berikut adalah beberapa tantangan psikologis yang dihadapi siswa dalam menghadapi assessment online
1. Kecemasan dan stres
Assessment online dapat menciptakan tingkat kecemasan dan stres yang signifikan bagi siswa. Faktor internal, seperti kurangnya persiapan, dan faktor eksternal, seperti gangguan lingkungan sekitar atau masalah teknis, dapat menjadi pemicu kecemasan. Kecemasan dan stres ini dapat menghambat kinerja siswa karena mereka cenderung sulit fokus dan memiliki kesulitan dalam berpikir jernih selama asesmen. Siswa yang terbebani oleh tekanan psikologis ini mungkin membuat kesalahan yang tidak perlu dan berisiko menurunkan nilai akhir mereka.
Selain itu, kecemasan juga dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental siswa secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami potensi dampak psikologis dari assessment online dan memberikan dukungan yang sesuai, baik secara emosional maupun teknis, untuk membantu siswa mengatasi tekanan tersebut.
2. Kurangnya motivasi
Kurangnya motivasi dapat menjadi dampak lain dari assessment online. Lingkungan belajar yang kurang kondusif atau pengaruh sosial dari teman sebaya dapat merugikan tingkat motivasi siswa. Selain itu, adopsi teknologi dalam jumlah yang berlebihan juga dapat berkontribusi terhadap kurangnya motivasi, karena siswa mungkin merasa jenuh atau kehilangan minat dalam pembelajaran daring. Kurangnya motivasi ini dapat menyebabkan siswa menyelesaikan asesmen secara asal-asalan atau bahkan mengabaikannya sepenuhnya, berdampak pada kualitas hasil akhir mereka. Oleh karena itu, peran orang tua dan pendidik dalam membangun motivasi siswa menjadi krusial untuk meningkatkan kinerja mereka dalam assessment online.
3. Kurangnya kejujuran
Assessment online juga membawa risiko kurangnya kejujuran dari siswa. Kemudahan menyontek yang ditawarkan oleh teknologi atau keinginan untuk meraih nilai tinggi tanpa usaha dapat menjadi faktor-faktor penyebab kurangnya integritas akademik. Hal ini dapat tercermin dalam bentuk kecurangan seperti menyontek, menggunakan teknologi untuk keuntungan tidak adil, atau bahkan mendapatkan bantuan dari orang lain. Kurangnya kejujuran ini merugikan proses penilaian yang seharusnya mencerminkan pemahaman sebenarnya dari siswa terhadap materi pelajaran. Oleh karena itu, perlu ada upaya bersama antara orang tua, pendidik, dan siswa untuk membangun budaya kejujuran yang kuat dan mengatasi potensi pelanggaran integritas akademik.
4. Kesulitan beradaptasi
Kesulitan beradaptasi dengan pembelajaran online juga merupakan dampak serius dari assessment online. Siswa mungkin menghadapi kesulitan psikologis, seperti kesulitan berkonsentrasi dalam belajar secara daring, atau kesulitan teknis karena kurangnya penguasaan terhadap teknologi. Kesulitan ini dapat menghambat kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran dan mengerjakan assessment online dengan efektif. Untuk mengatasi hal ini, dukungan intensif dari orang tua dan pendidik diperlukan. Mereka perlu memberikan bimbingan teknis dan dukungan psikologis agar siswa dapat mengatasi tantangan adaptasi yang mungkin mereka hadapi selama proses pembelajaran online.
5. Rasa kesepian dan isolasi
Rasa kesepian dan isolasi dapat timbul sebagai dampak emosional dari assessment online. Pembelajaran secara daring dapat mengurangi interaksi sosial dengan teman sebaya dan guru, menyebabkan siswa merasa terisolasi. Selain itu, ketidaknyamanan belajar secara daring juga dapat memperkuat perasaan kesepian. Rasa kesepian ini dapat mengganggu fokus dan kesejahteraan mental siswa, berpotensi memengaruhi hasil akademik mereka. Oleh karena itu, perlu diimplementasikan strategi untuk meningkatkan interaksi sosial dan kesejahteraan emosional siswa selama pembelajaran online, baik melalui platform virtual maupun melalui dukungan aktif dari orang tua dan pendidik.
Secara keseluruhan, asesmen online membawa tantangan signifikan bagi siswa, termasuk kecemasan, kurangnya motivasi, kurangnya kejujuran, kesulitan beradaptasi, dan rasa kesepian. Peran orang tua menjadi sangat penting dalam membantu siswa mengatasi berbagai dampak negatif ini.