Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang menentukan pilihan-pilihan yang lain tentang apa yang kita makan, siapa yang akan kita jadikan teman hidup, pekerjaan apa yang kita lakukan dan bagaimana menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi kita dan kebutuhan orang lain.
Kecerdasan menurut Spearman dan Jones, bahwa ada suatu konsepsi lama tentang kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal, untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan demikian dalam Bahasa Yunani disebut nuos, sedangkan penggunaan kekuataan tersebut disebut noesis. Kedua istilah tersebut kemudian dalam bahasa Latin dikenal sebagai intellectus dan intelligentia. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris masing-masing diterjemahkan sebagai intellect dan intelligence. Transisi bahasa tersebut, ternyata membawa perubahan makna yang mencolok.
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Salovey dari Harvard University dan Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas itu antara lain : empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian dan kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat. Mereka mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan emosinya untuk mengeluarkan atau membangkitkan emosi, seperti emosi untuk membantu berpikir, memahami emosi dan pengetahuan tentang emosi serta untuk merefleksikan emosi secara teratur seperti mengendalikan emosi dan perkembangan intelektual (Dalam Shapiro, 2003).
Intelligence, yang dalam bahasa Indonesia kita sebut inteligensi (kecerdasan), semula berarti penggunaan kekuatan intelektual secara nyata, tetapi kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain (Hamzah, 2012). Kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengendalikan dorongan emosi, mengenali perasaan orang lain dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Kemampuan ini juga mencakup kontrol diri, semangat dan ketekunan, dan kemampuan memotivasi diri sendiri (Goleman, 2000).
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai salah satu bentuk intelegensi yang melibatkan kemampuan untuk menangkap perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain, untuk membedakannya dan menggunakan informasi ini dalam menuntuk pikiran dan tindakan seseorang, kecerdasan emosional bukanlah lawan kecerdasan intelektual, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun didunia nyata. Kecerdasan emosional tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan, sehingga membuka kesemoatan bagi kita untuk melanjutkan apa yang sudah disediakan oleh alam agar kita mempunyai peluang lebih besar untuk meraih keberhasilan. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat besar dan penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat (Dalam Shapiro, 2003).
Kecerdasan emosi merupakan dasar-dasar pembentukan emosi yang mencakup keterampilan-keterampilan seseorang untuk menunda kepuasan dan mengendalikan impuls-impuls, tetapi optimis jika berhadapan dengan kemalangan dan ketidak pastian, menyalurkan emosi-emosi yang kuat secara efektif, mampu memotivasi dan menjaga semangat disiplin diri dalam mencapai tujuan-tujuan, menangani kelemahan-kelemahan pribadi, menunjukkan rasa empati kepada orang lain, dan membantu kesadaran diri dan pemahaman diri (Patton, 2000; dalam Yapono, 2013).
Cooper & Sawaf mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kemampuan emosi sebagai sumber energy dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan orang lain dan diri sendiri serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energy dalam kehidupan sehari-hari. Dimana kecerdasan emosional juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, untuk membangun produktif dan meraih keberhasilan (Dalam Ary Ginanjar, 2001).
Reuven Bar-On, kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Sementara itu Stein dan E. Book mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kita di dunia yang rumit aspek pribadi, akal sehat yang penuh dengan misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari (Dikutip dari Rufahniyyah, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosinal (Emotional Intelligence) merupakan kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosionalnya dengan menjaga keselarasan emosi dan bagaimana cara mengungkapkannya melalui pengendalian diri untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan. Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang menentukan pilihan-pilihan yang lain tentang apa yang kita makan, siapa yang akan kita jadikan teman hidup, pekerjaan apa yang kita lakukan dan bagaimana menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi kita dan kebutuhan orang lain.