Berikut Penjelasan Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian Paranoid
Ada beberapa faktor penyebab gangguan kepribadian paranoid. Faktor-faktor ini berbeda-beda sesuai dengan latar belakang ahli yang menjelaskannya.
Setiap penyakit tentunya ada faktor yang melatar belakangi kenapa penyakit tersebut bisa terjadi. Baik itu secara fisik maupun secara psikis. Seseorang yang terkena gangguan kepribadian paranoid tentunya ada hal-hal yang menjadi penyebab mengapa individu tersebut dapat mengalami gangguan ini. berikut penjelasannya.
Penyebab pasti dari kelainan ini belum diketahui, namun salah satu kejadian yang sering terjadi adalah pada orang yang anggota keluarganya menderita skizofrenia, sehingga faktor genetik masih berperan. Gangguan kepribadian paranoid juga bisa disebabkan oleh pengalaman masa kecil yang buruk dikombinasikan dengan kondisi lingkungan yang mengancam. Pola asuh orang tua yang biasanya tidak mengedepankan kepercayaan antara anak dan orang lain juga bisa menjadi penyebab berkembangnya gangguan ini.
Penyebab Gangguan Kepribadain Paranoid
Penyebab pasti gangguan kepribadian paranoid belum diketahui sepenuhnya, namun ada beberapa faktor penyebabnya:
1. Genetika
Gangguan kepribadian Grup A (paranoid, skizoid, dan skizotipal) lebih sering terjadi pada kerabat biologis pasien skizofrenia. Secara signifikan lebih banyak gangguan kepribadian skizotipal ditemukan pada keluarga dengan skizofrenia. Korelasi antara gangguan kepribadian paranoid atau skizoid dan skizofrenia lebih jarang ditemukan.
2. Tempramental
Gangguan kepribadian tertentu dapat disebabkan oleh pola asuh yang buruk, misalnya budaya yang memaksakan agresi dapat secara tidak sengaja mendorong, sehingga berkontribusi pada gangguan kepribadian paranoid.
3. Disfungsi kognitif
Sebuah studi oleh Forsell & Henderson pada orang tua menemukan bahwa disfungsi kognitif dapat menjadi faktor risiko gejala paranoid. Saat mengukur aliran darah regional pada pasien dengan gejala paranoid, aktivitas fungsional meningkat, terutama di area frontal, dan aliran darah di area temporal posterior menurun.
Studi yang sama oleh Forsell & Anderson menemukan bahwa pasien yang mengalami isolasi sosial, termasuk karena perceraian, tidak memiliki teman atau jarang menerima kunjungan, dikaitkan dengan adanya gejala paranoid. Selain itu, ada yang mengatakan bahwa faktor penyebab paranoia antara lain:
a. Kegagalan belajar
Paranoid cenderung menjaga jarak, curiga, menarik diri, keras kepala dan sangat sensitif, biasanya sejak usia dini. Ketika diingatkan akan hal ini, mereka pemarah dan mudah tersinggung. Beberapa dari mereka telah menunjukkan kemampuan bermain atau bersosialisasi dengan baik dengan anak normal lainnya. Latar belakang keluarga memainkan peran penting. Situasi penerimaan yang lemah dalam keluarga dan promosi sikap inferior mengembangkan sikap anak untuk berbuat lebih baik. Latar belakang keluarga yang tidak stabil mempengaruhi perasaan anak terhadap orang lain dan membentuk perilaku negatif anak terhadap orang lain.
b. Kegagalan dalam inferioritas
Secara umum, paranoid memiliki riwayat kegagalan untuk beradaptasi dengan situasi kehidupan yang penting, seperti lingkungan sosial, pekerjaan, dan pernikahan. Menghadapi hal ini, mereka bertindak kaku, menetapkan tujuan yang tidak realistis, dan tidak dapat menjalin hubungan jangka panjang dengan orang lain. Dia menafsirkan kegagalan ini sebagai penolakan, penghinaan dan degradasi oleh orang lain. Kegagalan ini membuatnya sulit untuk memahami penyebab sebenarnya dari masalah yang dihadapinya. Misalnya, mengapa mereka harus mengembangkan keterampilan hubungan sosial mereka untuk mencegah reaksi negatif dari orang lain - mengapa mereka tidak tetap bekerja, misalnya, karena mereka menyelidiki sesuatu dengan sangat detail? Ia tidak mampu memahami dirinya dan situasinya secara objektif, tidak mengerti mengapa ia menarik diri dan mengapa orang lain menolaknya.
c. Pengembangan mekanisme pertahanan diri dan “pseudo-communityâ€
Kaku, serius, humoris dan curiga membuat mereka yang terpengaruh tidak populer di lingkungan sosialnya. Mereka mencoba mengukur niat orang lain. Peka terhadap ketidakadilan. Reaksi paranoid biasanya berkembang secara bertahap. Kegagalan yang dialaminya mendorongnya untuk mengembangkan mekanisme pertahanan. Agar tidak dinilai tidak kompeten, mereka mengembangkan alasan logis atas kegagalan mereka. Lambat laun citra tersebut memulai proses kristalisasi yang biasa dikenal dengan iluminasi paranoid. Kemudian berkembang sedemikian rupa sehingga penyebabnya menjadi semakin tidak jelas. Mereka yang terkena dampak mulai melindungi diri mereka sendiri dan menganggap ada sesuatu yang salah (pada tahap awal). Dia juga menyebabkan orang lain gagal. Proses yang disebut komunitas semu kemudian terjadi, di mana penderita mulai mengkategorikan orang-orang di sekitarnya (nyata atau yang dibayangkan) sebagai menentang atau tidak menyukai mereka.
Demikianlah penjelasan mengenai faktor yang melatar belakangi timbulnya gangguan kepribadian paranoid. Masih belum jelas secara pasti namun, perlu diketahui faktor-faktor diatas bisa jadi menjadi bahan informasi mengenai penyebab paranoid. Untuk mengetahui gejala-gejala gangguan psikologis beberapa psikiater dan psikolog menggunakan alat Tes MMPI Online.