FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI
Terdapat beberapa teori mengenai resiliensi. McCubbin, membagi faktor yang mendukung resiliensi seseorang (faktor protektif) ke dalam aspek individu, keluarga dan komunitas. Faktor protektif dari aspek individu antara lain inteligensi, kemampuan sosial dan aspek individu lainnya. Aspek keluarga terkait dengan dukungan keluarga ketika seseorang menghadapi tekanan. Sedangkan aspek komunitas berkenaan dengan aspek lingkungan yang dapat menjadi pendukung bagi individu ketika menghadapi tekanan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi resiliensi. Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi dapat berupa faktor internal (Internal Protective factor) dan faktor eksternal (External Protective factor). Internal Protective factor merupakan Protective factor yang bersumber dari diri individu seperti harga diri, efikasi diri, kemampuan mengatasi masalah, regulasi emosi dan optimism. Sedangkan external Protective factor merupakan faktor protektif yang bersumber dari luar individu, misalnya support dari keluarga dan lingkungan (McCubbin, L. 2001).
Sedikit berbeda dengan pembagian oleh McCubbin, Schoon membagi faktor yang mendukung resiliensi seseorang (faktor protektif) ke dalam aspek individu, keluarga dan komunitas. Faktor protektif dari aspek individu antara lain inteligensi, kemampuan sosial dan aspek individu lainnya. Aspek keluarga terkait dengan dukungan keluarga ketika seseorang menghadapi tekanan. Sedangkan aspek komunitas berkenaan dengan aspek lingkungan yang dapat menjadi pendukung bagi individu ketika menghadapi tekanan (Schoon, I. 2006).
Grotberg (2004) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi resiliensi pada seseorang, yaitu sebagai berikut:
Temperamen
Temperamen adalah pembawaan individu yang bereaksi (Ashari, 1996). Tempramen mempengaruhi bagaimana seorang individu bereaksi terhadap rangsangan. Apakah individu tersebut bereaksi dengan sangat cepat atau sangat lambat terhadap rangsangan? Tempramen dasar seseorang mempengaruhi bagaimana individu menjadi seorang pengambil resiko atau menjadi individu yang lebih berhati-hati.
Inteligensi
Inteligensi berasal dari bahasa inggris dari kata intelligence yang diartikan sebagai keampuan untuk bertemu dan menyesuaikan pada situasi secara cepat dan efektif (Ashari, 1996). Inteligensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memanfaatkann konsep-konsep abstrak secara efektif (Ashari, 1996). Banyak penelitian membuktikan bahwa inteligensi rata-rata atau rata-rata bawah lebih penting dalam kemampuan resiliensi seseorang. Namun penelitian yang dilakukan oleh Gortberg (1999) membuktikan bahwa kemampuan resiliensi tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, melainkan oleh banyak faktor.
Budaya
Perbedaan budaya merupakan faktor yang membatasi dinamika yang berbeda dalam mempromosikan resiliensi.
Usia
Usia anak mempengaruhi dalam kemampuan resiliensi. Anak-anak yang lebih muda (di bawah usia delapan tahun) lebih tergantung pada sumber-sumber dari luar. Anak-anak lebih tua lebih tergantung pada sumber dari dalam dirinya.
Gender
Perbedaan gender mempengaruhi dalam perkembangan resiliensi .
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, A. 1996. Psikologi Pendidikan. Dina Utama
Grotberg, Edith H.2004. Children and Caregivers:The Role of Resilience.Paper presented at the International Council of Psychologists (ICP) Convention (Jinan, China, 2004).
McCubbin, L. 2001. Chalange to The Definition of Resilience. Paper presented at The Annual Meeting of The American Psychological Association in San Francisco.
Schoon, Ingrid. 2006. Risk and Resilience: Adaptations in Changing Times. London: City University. .