logo PT Nirmala Satya Development
Gangguan Kepribadian Paranoid

Gangguan kepribadian paranoid merupakan gangguan psikologis yang penuh kecurigaan dengan objek-objek disekitar. Upaya penanganan yang tepat harus disertai terlebih dahulu dengan upaya deteksi gangguan ini. Salah satu upaya deteksi gangguan kepribadian paranoid adalah dengan tes psikologi. Tes Psikologi yang biasa digunakan adalah tes MMPI

Gangguan Kepribadian Paranoid - Kejadian-kejadian menjadi perhatian penderita. Ia selalui menyikapi hal-hal disekitarnya dengan sikap curiga. Pseudo community ini bisa disebabkan karena stress yang kuat, misalnya akibat kegagalan ditempat kerja. Ia akan menimpakan kesalahan tersebut kepada orang lain dan mulai mengidentifikasikan orang-orang yang dianggap menghambatnya atau menentang dirinya.

UPAYA PENANGANAN GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID

Menurut Cameron, gangguan kepribadian paranoid dianggap yang paling sedikit untuk disetujui untuk pengobatan. Alasan utamanya adalah karena kurangnya wawasan pada individu gangguan kepribadian paranoid, motivasi yang buruk dan tidak dapat membentuk hubungan yang penuh kepercayaan dengan psikoterapis, sehingga pengobatan untuk mereka menjadi sulit untuk dilakukan. Individu dengan gangguan kepribadian paranoid menjadi terlibat dalam pengobatan biasanya atas desakan dari beberapa orang lain atau pasangan, anak, orang tua, pengadilan atau sosial lainnya. Terapis juga dapat menemukan orang-orang gangguan kepribadian paranoid dalam pengobatan untuk masalah lain. Individu dengan gangguan kepribadian paranoid bahkan dalam terapi memiliki pengekangan, enggan dan curiga terhadap terapi.

Menurut Cameron, faktor-faktor berikut ini penting untuk psikoterapi bagi individu dengan gangguan kepribadian paranoid:

  1. Pengurangan kecemasan.
  2. Seorang terapis terpisah tapi tertarik.
  3. Tidak adanya argumentasi tentang kebodohan keyakinan.
  4. Presentasi dari sudut pandang yang berbeda tentang realitas.
  5. Perkembangan hubungan saling percaya.

Pencegahan yang dapat dilakukan bagi individu dengan gangguan kepribadian paranoid, antara lain:

1. Pencegahan Primer

Usaha pencegahan pada gangguan kepribadian paranoid sebenarnya jarang. Tetapi peneliti telah memfokuskan pada dua faktor resiko utama yang perlu menjadi fokus pada pencegahan gangguan kepribadian paranoid, yang pertama adalah penganiayaan anak. Usaha pencegahan penganiayaan anak dapat membantu mempengaruhi perkembangan gangguan kepribadian paranoid. Keberhasilan pencegahan penganiayaan anak sering melibatkan seringnya kunjungan ke rumah, mengurangi stress ibu, meningkatkan dukungan sosial, dukungan keluarga dan pelatihan bagi orang tua.

2. Pencegahan Sekunder

Faktor resiko utama lain yang perlu menjadi fokus pencegahan adalah kurangnya kemampuan interpersonal. Kebanyakan orang dengan gangguan kepribadian paranoid mengalami kesulitan interpersonal dalam konteks hubungan keluarga, pertemanan, dan situasi kerja. Usaha untuk meningkatkan kemampuan sosial seseorang dengan gangguan kepribadian paranoid dapat membantu mencegah masalah gaya interpersonal yang menjadi karakteristik gangguan kepribadian paranoid.

3. Pencegahan Tersier

Beberapa dokter telah memberikan ECT (Electro Convulsif Therapy) kepada individu gangguan kepribadian paranoid, mungkin dari gagasan bahwa paranoid akan melupakan isi dari delusi mereka. Electro Convulsif Therapy adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall. Selain itu juga Cognitive Therapy dapat diberikan kepada individu dengan gangguan kepribadian paranoid, dimana terapi ini difokuskan pada keterampilan belajar untuk mengatasi stress dan kecemasan dengan lebih efektif dan ketakutan pada pemeriksaan.

Ketika hubungan telah ditetapkan, penjelasan alternatif untuk kesalahan persepsi klien dapat disarankan. Terapi kelompok harus dihindari karena klien dengan gangguan kepribadian paranoid cenderung salah menafsirkan pernyataan dan situasi yang timbul dalam prosesterapi. Obat penenang mungkin diresepkan untuk mengurangi kecemasan tetapi orang dengan gangguan kepribadian paranoid mungkin menolaknya karena kecurigaan bahwa obat tersebut adalah racun.

1. Antipsikotik

Dapat membantu mengurangi kecurigaan mereka, meskipun obat ini belum diteliti secara khusus untuk kondisi ini. Psikoterapi yang membutuhkan kepercayaan dengan klien tersebut menjadi sulit, oleh karena itu, menjadi penting bahwa terapis harus tidak mengancam, permisif, benar dan jujur. Seseorang dengan gangguan kepribadian paranoid yang sangat terganggu, dan berbahaya atau agak tidak teratur, kemungkinan akan dirawat di rumah sakit.

2. Electro Convulsif Therapy (ECT)

Beberapa dokter telah memberikan ECT (Electro Convulsif Therapy) kepada individu gangguan kepribadian paranoid, mungkin dari gagasan bahwa paranoid akan melupakan isi dari delusi mereka. Electro Convulsif Therapy adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall. Pengobatan ini telah menunjukkan sedikit keberhasilan, hal ini tidaklah mengherankan, karena individu dengan gangguan kepribadian paranoid sangat takut kerentanan dan/atau hilangnya kontrol diri mereka akan meningkat, yang kemungkinan adalah efek ECT. Juga, tidak ada banyak bukti bahwa ECT memiliki nilai terapeutik, kecuali mungkin untuk depresi akut. Psikoterapi jangka panjang menjadi sulit, karena sifat dari kebanyakan pendekatan pengobatan adalah hal-hal yang paling ditakuti oleh orang dengan gangguan kepribadian paranoid.

Metode utama pengobatan antara lain:

1. Metode psikoanalitik

Dibandingkan dengan penyakit mental lainnya, pada gangguan ini metode tersebut kemungkinan sulit diterapkan karena pasien tidak mau bekerja sama dengan dokter.

2. Suntikan Insulin

Beberapa pasien juga merespon pengobatan ini, tetapi tidak semua pasien bisa menerima pengobatan ini karena perasaan curiga yang dimilikinya.

3. Medikasi

Medikasi atau pengobatan untuk gangguan kepribadian paranoid secara umum tidaklah mendukung, kecenderungan yang timbul biasanya adalah meningkatnya rasa curiga dari pasien yang pada akhirnya melakukan penarikan diri dari terapi yang telah dijalani. Para ahli menunjuk pada bentuk perawatan yang lebih berfokus kepada kondisi spesifik dari gangguan tersebut seperti kecemasan dan juga delusi, dimana perasaan tersebut yang menjadi masalah utama perusak fungsi normal mental penderita. namun untuk penanggulangan secara cepat terhadap penderita yang membutuhkan penanganan gawat darurat maka penggunaan obat sangatlah membantu, seperti ketika penderita mulai kehilangan kendali dirinya seperti mengamuk dan menyerang ornag lain.

Sama halnya dengan gangguan kepribadian lainnya, tidak ada obat medis yang dapat menyembuhkan secara langsung PPD. Penggunaan obat-obatan diberikan bila individu mengalami kecemasan berupa diazepam (dengan batasan waktu tetentu saja), penggunaan thioridazine dan haloperidol (anti psikotik) diberikan bila individu PPD untuk mengurangi agitasi dan delusi pada pasien.

4. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan perawatan yang paling menjanjikan bagi para penderita gangguan kepribadian paranoid. Ahli terapi harus langsung dalam menghadapi pasien. Jika ahli terapi dituduh tidak konsisten atau gagal, seperti terlambat untuk suatu perjanjian, kejujuran dan permintaan maaf adalah lebih baik daripada penjelasan yang membela diri. Ahli terapi harus mengingat bahwa kejujuran dan toleransi keintiman adalah bidang yang sulit bagi pasien dengan gangguan. Dengan demikian psikoterapi individual memerlukan gaya yang professional dan tidak terlalu hangat dari pihak ahli terapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, mereka juga tidak mungkin mentoleransi introsivitas terapi perilaku. Klinisi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi khususnya interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah seksual, dan keinginan untuk keintiman secara jelas meningkatkan ketidakpercayaa pasien.

5. Farmakoterapi.

Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus, obat anti anxietas seperti diazepam dapat digunakan. Pemberian obat anti anxietas di indikasikan atas dasar adanya kecemasan dan kekhawatiran yang dipersepsi sebagai ancaman yang menyebabkan individu tidak mampu beristirahat dengan tenang. Diazepam dapat diberikan secara oral dengan dosis anjuran 10-30 mg/hari dengan 2-3 kali pemberian. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine atau haloperidol, dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik pimozide bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.

Hal-hal lain yang harus diperhatikan terapis adalah bagaimana terapis menjaga sikap, perilaku, dan pembicaraanya, individu PDD akan meninggalkan terapi bila ia curiga, tidak menyukai terapisnya. Terapis juga harus menjaga dirinya untuk tidak melucu didepan individu PPD yang tidak memiliki sense of humor. Menjaga tidaknya konfrontasi ide-ide atau pemikiran secara langsung dengan pasien.

Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan mengontrol amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik.

Perawatan untuk gangguan kepribadian paranoid akan sangat efektif untuk mengendalikan paranoia (perasaan curiga berlebih) penderita, namun hal itu akan selalu menjadi sulit dikarenakan penderita akan selalu memiliki kecurigaan kepada dokter atau terapis yang merawatnya. Jika dibiarkan saja maka keadaan penderita akan menjadi lebih kronis. Perawatan yang dilakukan, meliputi sistem perawatan utama dan juga perawatan yang berada di luar perawatan utama (suplement), seperti program untuk mengembangkan diri, dukungan dari keluarga, ceramah, perawatan di rumah, membangun sikap jujur kepad diri sendiri, kesemuanya akan menyempurnakan dan membantu proses penyembuhan penderita. Sehingga diharapkan konsekuensi sosial terburuk yang biasa terjadi dari gangguan ini, seperti perpecahan keluarga, kehilangan pekerjaan dan juga tempat tinggal dapat dihindari untuk dialami oleh si penderita.

Walau penderita gangguan kepribadian paranoid biasanya memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan perawatan, namun sering kali juga mereka sendiri juga lah yang menghentikan proses penyembuhan secara prematur ditengah jalan. Demikian juga dengan pembangunan rasa saling percaya yang dilakukan oleh sang terapis terhadap klien, dimana membutuhkan perhatian yang lebih, namun kemungkinan akan tetap rumit untuk dapat mengarahkan klien walaupun tahap membangun rasa kepercayaan telah terselesaikan.

UPAYA DETEKSI GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID

Gangguan kepribadian paranoid merupakan gangguan psikologis yang penuh kecurigaan dengan objek-objek disekitar. Upaya penanganan yang tepat harus disertai terlebih dahulu dengan upaya deteksi gangguan ini. Salah satu upaya deteksi gangguan kepribadian paranoid adalah dengan tes psikologi. Tes Psikologi yang biasa digunakan adalah tes MMPI.

Tes MMPI memiliki skala khusus untuk mendeteksi gangguan paranoid. Tinggi rendahnya gangguan paranoid akan terdeteksi secara valid dengan tes MMPI.

Untuk mempermudah upaya deteksi gangguan kepribadian paranoid, tes MMPI telah dibuat secara online oleh NS Development. Aplikasi Psikotes Online NS Development dapat diakses dengan media yang tersedia seperti komputer, laptop, tablet atau mobile phone. Waktu pengerjaan tes MMPI Online sekitar 40 sd 90 menit. Akses dan registrasi di link ini untuk mengikuti tes MMPI Online.

 

Referensi

Davison, Gerald C., Neale John M., dan Kring, Ann M. 2010. Psikologi Abnormal. Edisi ke-9. Cet. 2. Penerjemah, Noermalasari Fajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Kaplan & Sadok, Sinopsis Psikiatri Jilid 2, 1997, Binarupa Aksara, Jakarta

Keliat, Budi Anna, Dkk. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edi. Jakarta: EGC

Liftiah. 2009. Psikologi Abnormal. Penerbit: Widya Karya, Semarang.

Mahmud, Jafar. (2008). Abnormal Psychology. New Delhi: APH Publishing Corporation.

Maramis, W.F. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Maslim R. 2013. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: FK Unika Atmajaya.

Niven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal. Jilid 1. Edisi ke-5. Ahli Bahasa Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

<<< Kembali kehalaman 1