Pengertian Narsisme
Narsisme adalah cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narsisme menjadi mementingkan diri sendiri
Mungkin diatara kita sudah sering mendengar kata narsis. Apalagi dengan era digital, orang-orang akan terlihat narsis dimedia sosial. Kata narsis seakan-akan hampir disamakan dengan kata “eksis”. Tapi tahu anda apa arti kata narsis menurut ilmu psikologis? Narsisme dalam ilmu psikologi merupakan salah satu gangguan psikologis (gangguan kepribadian) yang dalam DSM-IV (Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders Fourth Edition) dimasukkan kedalam gangguan kepribadian cluster B.
Berikut kami akan menjelaskan pengertian narsisme berdasarkan pendapat para pakar psikologi.
Pengertian Narsisme Menurut Pakar Psikologi
Freud (Alwisol, 2011) menjelaskan narsisme adalah cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narsisme menjadi mementingkan diri sendiri. Sedangkan menurut Freud (dalam Gunawan, 2010) mengungkapkan narcissism atau fase cinta pada diri sendiri atau fase ego formation (fase perhatian terhadap diri sendiri), orang yang narsis kagum terhadap dirinya sendiri, ia sering berdiri di depan kaca untuk memperhatikan kecantikannya atau kecakapannya.
Santrock (2011) menjelaskan narsisme adalah pendekatan terhadap orang lain yang berpusat pada diri (self-centered) dan memikirkan diri sendiri (self-concerned). Biasanya pelaku narsisme tidak menyadari keadaan aktual diri sendiri dan bagaimana orang lain memandangnya. Ketidaktahuan ini menimbulkan masalah penyesuaian pada mereka. Pelaku narsisme sangat berpusat pada dirinya, selalu menekankan bahwa dirinya sempurna (self-congratulatory), serta memandang keinginan dan harapannya adalah hal yang penting.
Lebih lanjut Nevid, J, Rathus, S. & Greene B (2006) menjelaskan orang dengan gangguan kepribadian narsistik (narscissistic personality disorder) memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstreem akan pemujaan. Mereka membesar-besarkan prestasi mereka dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian. Mereka mengharapkan orang lain melihat kualitas khusus mereka, bahkan saat prestasi mereka biasa saja. Dan mereka menikmai bersantai dibawah sinar pemujaan, mereka kurang memiliki empati pada orang lain, ingin menjadi pusat perhatian, dan mereka memiliki pandangan yang jauh lebih membanggakan tentang diri mereka sendiri.
Kartono (2000) narsisme adalah cinta diri yang ekstrim, menganggap diri sendiri sangat superior dan sangat penting, ada extreem self importancy. Perhatian yang sangat berlebihan kepada diri sendiri, dan kurang adanya perhatian pada orang lain. Jadi, menganggap diri sendiri paling pandai, paling cantik, paling hebat, paling berkuasa, paling bagus, dan paling segalanya.
Menurut Kaplan, dkk (1997) orang dengan gangguan kepribadian narsisme ditandai oleh meningkatnya rasa kepentingan diri dan perasaan kebesaran yang unik. Orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki perasaan kebesaran akan kepentingan dirinya. Mereka menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang khusus. Mereka menangaapi kritik secara buruk dan menjadi marah sekali jika ada orang yang berani mengkritik mereka, atau mereka mungkin tampak sama sekali acuh tak acuh terhadap kritik. Mereka tidak mampu menunjukkan empati, dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Mereka senang memanfa’atkan orang lain. Memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi. Kesulitan dalam hubungan interpersonal.
Menurut Davison, dkk (2006) orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan mereka, mereka terfokus dengan berbagai fantasi mengenai keberhasilan, mereka menghendaki perhatian dan pemujaan berlebihan dan yakin bahwa mereka adalah orang-orang yang istimewa, hubungan interpersonal mereka terhambat karena kurangnya empati, mempunyai perasaan iri dan arogansi serta memanfa’atkan orang lain, merasa berhak mendapatkan segala sesuatu, tidak pernah berhenti mencari perhatian dan pemujaan, sangat sensitif terhadap kritik dan sangat takut pada kegagalan. Terkadang mereka mencari orang yang dapat mereka idealkan karena mereka merasa kecewa pada diri sendiri, namun secara umum mereka tidak mengizinkan siapa pun memiliki hubungan dekat yang tulus dengan mereka dan hubungan pribadi mereka hanya sedikit dan dangkal.
Jadi, yang di maksud dengan narsisme adalah mencintai dan berpusat kepada diri sendiri, mementingkan diri sendiri kemudian bermanifestasi pada tingkaah lakunya. Orang yang narsisme meminta pengaguman dan pemujaan mengenai kehebatannya.
Itulah pengertian narsisme menurut pakar-pakar psikologi. Ayo, apakah anda termasuk orang yang mengalami gangguan narsistik? Mungkin ya ataupun mungkin juga tidak? Mau mengidentifikasi kepribadian anda?
Saat ini NS Development menyediakan aplikasi psikotes online yang dapat anda ikuti untuk mengetahui kepribadian anda lebih lengkap. Aplikasi psikotes online ada yang tersedia secara gratis maupun yang premium.
Untuk mendapatkan layanan psikotes online gratis, anda dapat mengunjungi halaman psikotes online gratis.
Untuk mendapatkan layanan psikologi lebih lengkap (premium), yang dibantu oleh psikolog-psikolog berpengalaman dibidang psikologi, anda dapat mengikuti dan registrasi layanan di NS Development.
Referensi
Ary H. Gunawan. 2010. Sosiologi pendidikan: Suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Davison, Gerald C., dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
effrey S. Nevid, J.S, Rathus, S.A & Green, B. Psikologi Abnormal Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2006.
Kartono, K. 2000. Hygiene Mental. Jakarta : CV. Mandar Maju.
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Edisi ke-7. Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara
Santrock, John W. 2011. Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah Genis B) Jakarta: Erlangga