Langkah-langkah Penyusunan dan Pengembangan Instrumen
Secara khusus untuk keperluan pengukuran dan penyesuaian dengan jenis instrumen, maka variabel-variabel yang akan diukur atau diteliti dibedakan atas dua kelompok yaitu variabel konseptual dan variabel faktual
Untuk memahami konsep penyusunan dan pengembangan instrument (alat ukur), maka di bawah ini akan disajikan proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen dilengkapi dengan bagan proses penyusunan item-item instrumen suatu penelitian.
Secara garis besar langkah-langkah penyusunan dan pengembangan instrumen adalah sebagai berikut:
- Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variable tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
- Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variable yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk variabel pada langkah 1.
- Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
- Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke independen, dan sebagainya.
- Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Biasanya butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif. Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, sikap atau persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif, sedang butir negatif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, persepsi atau sikap negatif atau mendekat ke kutub negatif.
- Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik.
- Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
- Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
- Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara konseptual, dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.
- Ujicoba instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui ujicoba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji-coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel ujicoba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan.
- Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal, adalah instrumen itu sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria sedangkan kriteria eksternal, adalah instrumen atau hasil ukur tertentu di luar instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.
- Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita menggunakan kriteria internal, yaitu skor total instrumen sebagai kriteria maka keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir instrument dan proses pengujiannya biasa disebut analisis butir. Dalam kasus lainnya, yakni jika kita menggunakan kriteria eksternal, yaitu instrumen atau ukuran lain di luar instrumen yang dibuat yang dijadikan kriteria maka keputusan pengujiannya adalah mengenai valid atau tidaknya perangkat instrumen sebagai suatu kesatuan.
- Untuk kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis butir maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diujicoba ulang, sedang butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi. Jika secara konten butir-butir yang valid tersebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat instrumen yang terakhir ini menjadi instrumen final yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian kita.
- Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas dengan rentangan nilai (0-1) adalah besaran yang menunjukkan kualitas atau konsistensi hasil ukur instrumen.Makin tinggi koefisien reliabilitas makin tinggi pula kualitas instrumen tersebut. Mengenai batas nilai koefisien reliabilitas yang dianggap layak tergantung pada presisi yang dikehendaki oleh suatu penelitian. Untuk itu kita dapat merujuk pendapat-pendapat yang sudah ada, karena secara eksak tidak ada tabel atau distribusi statistik mengenai angka reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.
- Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen final.
Alur tahapan penyusunan dan pengembangan instrumen dapat dilihat pada Gambar berikut:
Dari bagan tersebut terlihat bahwa untuk keperluan penyusunan dan pengembangan instrumen pertama-tama adalah penetapan konstruk variable penelitian yang merupakan sintesis dari teori-teori yang telah dibahas dan dianalisis yang penyajiannya diuraikan dalam pengkajian teoretik atau tinjauan pustaka. Konstruk tersebut dijelaskan dalam definisi konseptual variabel, yang di dalamnya tercakup dimensi dan indikator dari variabel yang hendak diukur. Berdasarkan konstruk tersebut ditetapkan indikator-indikator yang akan diukur dari variable tersebut.
Selanjutnya item-item instrumen dibuat untuk mengukur indikator-indikator yang telah ditetapkan dengan cara seperti telah dikemukakan pada proses penyusunan dan pengembangan instrumen point 4 dan 5. Karena bentuk item-item instrumen yang akan dibuat harus sesuai dengan instrumen yang dipilih, maka sebelum menulis item-item instrumen terlebih dahulu peneliti harus memilih jenis instrumen apa yang sesuai untuk mengukur indikator dari variabel yang akan diteliti.
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, antara lain kuesioner, skala (skala sikap atau skala penilaian), tes, dan lain-lain.
Kuesioner adalah alat pengumpul data yang berbentuk pertanyaan yang akan diisi atau dijawab oleh responden. Beberapa alasan digunakannya kuesioner adalah: (1) kuesioner terutama dipakai untuk mengukur variabel yang bersifat faktual, (2) untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan (3) untuk memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas setinggi mungkin.
Skala adalah alat pengumpul data untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek-aspek tertentu dari suatu barang, atau sifat-sifat seseorang dalam bentukskala yang sifatnya ordinal, misalnya sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik; atau sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju; atau sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Skala dapat berbentuk skala sikap yang biasanya ditujukan untuk mengukur variabel yang bersifat internal psikologis dan diisi oleh responden yang bersangkutan. Selain itu, skala dapat pula berbentuk skala penilaian yakni apabila skala tersebut ditujukan untuk mengukur variabel yang indikator-indikatornya dapat diamati oleh orang lain, sehingga skala penilaian bukan diberikan kepada unit analisis penelitian (yang bersangkutan) tetapi diberikan atau diisi oleh orang lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang cukup memadai tentang keadaan subyek yang menjadi unit analisis dalam kaitannya dengan variabel yang akan diukur.
Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan, dijawab, atau direspons, baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan.
Secara khusus untuk keperluan pengukuran dan penyesuaian dengan jenis instrumen, maka variabel-variabel yang akan diukur atau diteliti dibedakan atas dua kelompok yaitu variabel konseptual dan variabel faktual. Variabel konseptual dapat dibedakan lagi atas dua macam, yaitu variabel yang sifatnya konstruk seperti sikap, motivasi, kreativitas, gaya kepemimpinan, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain; serta variabel yang sifatnya konten atau bersifat pengetahuan, yaitu berupa penguasaan responden terhadap seperangkat konten atau pengetahuan yang semestinya dikuasai atau diujikan dalam suatu tes atau ujian.