logo PT Nirmala Satya Development
Perfeksionis

Perfeksionisme dapat menjadi sifat yang baik jika diimbangi dengan pragmatisme, fleksibilitas, dan kepositifan. Namun, ketika perfeksionisme dilakukan secara berlebihan, hal ini dapat mengganggu kehidupan seseorang dan menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres.

Kamu pernah merasa bahwa pekerjaan yang kamu lakukan harus sesuai dan bagus tanpa ada cacat sedikit pun? Atau ketika menyusun sesuatu haruslah sesuai dengan urutannya?. Nah perilaku ini sering disebut dengan istilah Perfeksionisme. Mari simak artikel berikut untuk penjelasan lebih lengkapnya.

Pengertian Perfeksionis menurut para ahli

menurut Hewitt dan Flett Perfeksionis adalah keinginan untuk tidak melakukan kesalahan dan mencapai kesempurnaan dalam setiap aspek kehidupan seseorang. Hewitt dan Flett mencatat bahwa perfeksionis mencakup standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan keyakinan bahwa orang lain mengharapkan mereka untuk menjadi sempurna.

Menurut Peters perfeksionis adalah bakat alamiah dari standar usia mental yang lebih tinggi dibandingkan usia kronologis, teman bermain yang lebih tua/lebih tua, persepsi yang tinggi tentang kesuksesan, pekerjaan yang terlalu mudah.

Menurut Robert B. Burns, perfeksionis adalah orang yang selalu berusaha mencapai kesempurnaan dalam segala hal yang mereka lakukan dan sulit merasa puas dengan hasil yang mereka capai. Mereka cenderung menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan tugas dan mengoreksi kesalahan-kesalahan kecil, yang dapat menyebabkan stres dan depresi.

David Burns menyatakan bahwa orang perfeksionis memiliki standar yang sangat tinggi yang sulit dicapai oleh orang lain. Mereka tidak dapat mentolerir kegagalan dan sering menunda atau menghindari tugas yang tampaknya sulit atau tidak mungkin diselesaikan.

Menurut Dr. David Burns, seorang perfeksionis adalah orang yang secara konstan menuntut standar yang sangat tinggi terhadap dirinya sendiri dan tidak memperhitungkan kemungkinan kesalahan atau kelemahan dalam proses mencapai tujuan tersebut.

Menurut Dr. Paul Hewitt, seorang perfeksionis adalah orang yang selalu menuntut kesempurnaan dan menuntut dirinya sendiri dan orang lain dengan standar yang sangat tinggi. Namun, orang perfeksionis juga cenderung tidak puas dengan diri mereka sendiri dan sering merasa frustrasi dengan hasil kerja mereka.

Menurut Dr. Gordon Flett, seorang perfeksionis adalah orang yang berusaha mempertahankan standar yang sangat tinggi dan selalu mengupayakan kesempurnaan dalam segala hal. Namun, orang yang perfeksionis juga bisa menjadi terlalu kritis terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.

Menurut Dr. Thomas Greenspon, seorang perfeksionis adalah orang yang selalu berusaha mencapai kesempurnaan dan cenderung menunda-nunda tindakan karena merasa belum siap atau belum cukup mampu. Namun, orang yang perfeksionis juga cenderung menunjukkan kekuatan dalam perencanaan dan pengorganisasian tugas.

Menurut Dr. Monica Ramirez Vasco, seorang perfeksionis adalah orang yang sangat peduli dengan detail dan kualitas pekerjaan yang telah selesai. Namun, orang perfeksionis juga cenderung terlalu fokus untuk mencapai tujuan mereka sehingga mengabaikan waktu dan keselamatan mereka sendiri.

Riset Tentang Perfeksionis

Studi Greenspan mengenai sikap perfeksionis pada siswa SMP dan SMA menemukan bahwa pada siswa berbakat, perfeksionisme bergeser ke arah negatif dalam bentuk kurangnya kepercayaan diri, kurangnya harapan, dan hilangnya antusiasme untuk berprestasi di tingkat tertinggi. Hasil penelitian ini mendukung temuan Pruett (2004) bahwa kecenderungan perfeksionis ditemukan pada siswa berbakat. Kecenderungan perfeksionis yang positif dimanifestasikan dalam rasa kepolosan, pakaian dan gaya rambut yang rapi, dan tugas-tugas yang diselesaikan. Perilaku negatif dimanifestasikan dalam pengabaian usaha, ledakan kemarahan dan frustrasi; studi Vieth dan Trull (1999) menyatakan bahwa perfeksionisme adalah hasil dari anak-anak yang meniru orang tua sesama jenis.

Sebuah studi oleh Flett dan Hewitt (2016) mengenai hubungan antara perfeksionisme dan kesehatan mental menemukan bahwa tingkat perfeksionisme yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan makan yang lebih tinggi. Sebuah studi oleh Hill dkk. (2016) tentang perfeksionisme di lingkungan kerja menemukan bahwa orang yang perfeksionis cenderung berkinerja lebih baik, tetapi lebih rentan terhadap stres dan kelelahan yang berlebihan. Sebuah studi oleh Stoeber dan Damian (2014) tentang perfeksionisme dan kinerja akademik menemukan bahwa perfeksionis cenderung berkinerja lebih baik secara akademis, tetapi juga dapat mengalami kecemasan dan kelelahan yang berlebihan. Sebuah studi oleh Slaney dan tim (2001) mengenai jenis-jenis perfeksionisme menemukan bahwa perfeksionisme yang diarahkan oleh diri sendiri berhubungan dengan kepuasan hidup yang lebih rendah dan depresi yang lebih tinggi, dan perfeksionisme yang diatur secara sosial berhubungan dengan kecemasan yang lebih tinggi dan kemampuan interpersonal yang lebih rendah.

Ingin mengetahui kepribadian mu dengan alat tes yang sudah teruji? Kamu bisa melakukannya Tes Kepribadian Online melalui platform NS Development.

Artikel berhubungan: