logo PT Nirmala Satya Development
Fungsi Psikotes

Fungsi tes-tes psikologi adalah untuk mengukur perbedaan-perbedaan antara individu-individu atau antara reaksi-reaksi individu yang sama dalam situasi yang berbeda.

Mungkin anda sudah sering mengikuti psikotes. Karena penggunaan psikotes sangat luas, baik didunia Pendidikan, Industri maupun untuk tujuan klinis (Deteksi gangguan jiwa). Bahkan saat ini sedang berkembang beberapa Aplikasi Psikotes Online, yang memudahkan akses psikotes dari gandet anda. Tapi tahukah anda, apa fungsi dan manfaat dilaksanakannya psikotes?

Fungsi tes-tes psikologi adalah untuk mengukur perbedaan-perbedaan antara individu-individu atau antara reaksi-reaksi individu yang sama dalam situasi yang berbeda. Salah satu masalah awal yang merangsang pertumbuhan tes-tes psikologi adalah identifi kasi orang-orang terbelakang mentalnya. Dorongan kuat pada perkembangan awal tes-tes agaknya didapatkan dari kebutuhan akan penilaian yang muncul dalam pendidikan. Dewasa ini sekolah termasuk pihak paling besar yang menggunakan tes. Tes-tes antara lain digunakan untuk maksud-maksud seperti mengklasifikasi anak-anak dengan acuan pada mereka untuk bisa mengam bil man faat dari berbagai jenis pelajaran sekolah yang berbeda-beda, identifi kasi mana yang pembelajar cepat dan mana yang lamban, konseling pendidikan dan pekerjaan pada tingkat sekolah menengah dan universitas, menyeleksi orang-orang yang melamar masuk sekolahsekolah profesional. Seleksi dan klasifi kasi sumber daya manusia untuk bidang industri menggambarkan pe nerapan utama lainnya atas testing psikologis.

Penggunaan tes-tes dalam konseling perorangan secara bertahap meluas dari bimbingan yang berlingkup sempit menyangkut rencana pendidikan dan pekerjaan sampai pada keterlibatan dengan semua aspek kehidupan seseorang. Ketentraman emosi dan hu bungan-hubungan interpersonal yang efektif kian lama kian menjadi sasaran utama konseling. Selain itu, tumbuh juga penekanan pada penggunaan tes-tes untuk meningkatkan pemahaman diri dan pengembangan diri. Dalam kerangka pikir ini skor-skor tes me rupakan bagian dari informasi yang diberikan kepada individu sebagai alat bantu untuk proses-proses pengambilan keputusannya.

Sebuah tes psikologi pada dasarnya adalah alat ukur yang obyektif dan dibakukan atas sampel perilaku. Nilai diagnostik atau prediktif sebuah tes psikologi tergantung pada sejauhmana tes itu menjadi indikator dari bidang perilaku yang relatif luas dan signifikan. Prediksi umumnya berkonotasi perkiraan temporal, contohnya kinerja individu di masa depan pada suatu pekerjaan diramalkan dari kinerja tesnya sekarang ini. Tetapi dalam arti yang luas diagnosis atas kondisi sekarang ini seperti misalnya retardasi mental atau kekacauan emosional, bahkan mengimplikasikan suatu prediksi tentang apa yang ingin dilakukan seorang individu dalam situasi-situasi yang berbeda dari tes-tes yang sekarang. Secara logis adalah lebih sederhana untuk menganggap semua tes ini sebagai sampel-sampel perilaku dari mana prediksi menyangkut perilaku dapat dibuat. Berbagai jenis tes yang berbeda kemudian dapat dicirikan sebagai varian dari pola dasar ini.

Perlu diingat bahwa dalam definisi awal, tes psikologi di gambarkan sebagai alat ukur yang dibakukan. Standardisasi mengimplikasikan keseragaman cara dalam penyelenggaraan cara dan penskoran tes. Jika skor yang diperoleh berbagai macam mau orang harus bisa dibandingkan, kondisi testing jelas harus sama bagi semua. Dalam rangka menjamin keseragaman kondisi-kondisi testing, penyusun tes menyediakan petunjuk-petunjuk yang rinci bagi penyelenggaraan setiap tes yang baru dikembangkan. Rumusan pe tunjuk-petunjuk ini adalah bagian utama dari standardisasi sebuah tes baru. Standardisasi semacam itu menyangkut jumlah tempat materi yang digunakan, batas waktu, instruksi-instruksi lisan, demontrasi awal, cara-cara menjawab pertanyaan dari peserta tes, dan setiap rincian lain dari situasi testing.

Langkah penting lainnya dalam standardisasi tes adalah penetapan norma-norma. Tes-tes psikologis tidak memiliki standar lu lus atau gagal, yang ditentukan terlebih dahulu. Kinerja pada se tiap tes dievaluasi berdasarkan data empiris. Bagi kebanyakan maksud, skor tes perorangan diinterpretasikan dengan cara membandingkannya dengan skor-skor yang didapatkan oleh orang lain pada tes yang sama.

Dalam proses menstandardisasikan sebuah tes, tes diselenggarakan pada sampel yang luas dan representatif dari jenis orang yang memang menjadi sasaran perancangan tes tersebut. Kelompok ini, dikenal sebagai sampel standardisasi, berfungsi untuk menetapkan norma-norma. Norma-norma semacam itu mengindikasikan tidak hanya kinerja rata-rata tetapi juga frekuensi relatif dari derajat penyimpangan yang bervariasi di atas dan di bawah rata-rata.

Sehingga dapat disimpulkan fungsi dan manfaat psikotes sebagai berikut:

  1. Mengukur perbedaan-perbedaan antara individu atau perbedaan reaksi individu yang sama terhadap berbagai situasi yang berbeda.
  2. Salah satu masalah awal yang mendorong petumbuhan psikotes adalah identifikasi orang-orang yang terbelakang mental.
  3. Meramalkan, hasil tes dapat menjadi prediksi atau prognosa tentang perilaku subjek dikemudian hari.
  4. Mendeskripsikan, hasil tes dapat menjadi memberikan gambaran tentang aspek kepribadian subjek terutama didukung oleh empati dan intuisi.
  5. Menemukan diri sendiri (insight). Memahami diri sendiri, sehingga testee dapat memahami dan mendapat “kesadaran” tentang perilakunya sehingga dapat menentukan sendiri sikap selanjutnya yang akan diambil.

Artikel berhubungan: