Gangguan Pica: Perilaku Memakan Benda yang tidak Lazim
Gangguan pica, dengan kebiasaan makan bahan non-pangan yang tidak biasa, adalah kondisi kompleks yang dapat mempengaruhi individu dari berbagai usia dan latar belakang.
Apakah Anda pernah mendengar tentang gangguan pica? Bayangkan memiliki keinginan yang kuat untuk makan bahan-bahan non-pangan seperti kertas, pasir, atau bahkan cat. Dalam artikel ini ini, kita bersama memahami leibh dalam dari gangguan pica.
Pengertian Gangguan Pica
American Psychiatric Association (APA): Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) edisi kelima APA, pica didefinisikan sebagai konsumsi terus-menerus terhadap benda-benda non-makanan yang tidak memiliki nilai gizi, seperti tanah, rambut, kertas, dan kain.
National Eating Disorders Association (NEDA): NEDA mendefinisikan gangguan pica sebagai kebiasaan dan terus menerus mengonsumsi makanan non-makanan di luar usia perkembangan yang wajar dan tanpa alasan budaya yang signifikan selama lebih dari satu bulan, yang dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
British Psychological Society (BPS): Menurut BPS, pica adalah gangguan makan yang ditandai dengan konsumsi non-makanan yang terus-menerus dan tidak normal, yang tidak memiliki nilai gizi atau beracun, seperti pasir, tanah, dan batu bata.
Mayo Clinic: Menurut Mayo Clinic, pica adalah konsumsi yang tidak biasa dan tidak sehat dari barang-barang non-makanan seperti tanah liat, kapur, kertas, dan serangga tanpa alasan medis yang jelas.
Russell Marx, psikiater Cleveland Clinic: Dr. Marx menggambarkan pica sebagai suatu kondisi di mana ada nafsu makan yang kuat untuk mengonsumsi barang-barang non-makanan. Dia juga menekankan bahwa gangguan ini dapat memengaruhi orang dewasa dan anak-anak.
Dr Susan Zafarlotfi (psikolog klinis): Dr Zafarlotfi mendeskripsikan Gangguan pica sebagai "perilaku makan yang terus-menerus dan tidak terkendali yang melibatkan makan benda-benda yang bukan makanan, seperti kertas, spons, dan gelembung". Dia menekankan pentingnya memahami faktor penyebab yang mendasari gangguan ini, seperti pola makan yang buruk dan gangguan perkembangan.
Menurut ahli gastroenterologi Dr Mark Feldman, Gangguan makan pica adalah perilaku makan non-makanan yang tidak sehat dan tidak normal. Gangguan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti keracunan, penyumbatan usus, dan kerusakan usus, katanya.
Dr Jennifer Thomas, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa Gangguan makan pica disertai dengan keinginan kuat untuk mengonsumsi barang-barang non-makanan yang dianggap aneh oleh kebanyakan orang. Dia menekankan bahwa pengobatan kondisi ini membutuhkan pendekatan holistik yang mencakup tim medis, terapi perilaku dan dukungan keluarga.
Berdasarkan definisi Pika dari berbagai ahli, dapat disimpulkan bahwa gangguan ini disertai dengan kebiasaan makan yang tidak normal dan tidak sehat yang melibatkan konsumsi bahan-bahan non-makanan tanpa nilai gizi. Pika dapat menyerang orang-orang dari segala usia dan sering dikaitkan dengan gizi buruk, gangguan perkembangan, dan masalah kesehatan mental lainnya. Perawatan komprehensif, termasuk perawatan medis, terapi perilaku dan dukungan keluarga, sangat penting untuk mengobati pica dan membantu orang mempertahankan kesehatan yang optimal.
Prevalensi Gangguan Pica di Dunia
- Penelitian di Amerika Serikat: Di antara anak-anak di Amerika Serikat, prevalensi gangguan pica diperkirakan antara 4% hingga 26%, terutama di antara anak-anak dengan gangguan perkembangan atau autisme. Pada populasi orang dewasa, prevalensi gangguan pica diperkirakan antara 0,6?n 1%.
- Studi di Afrika: Beberapa penelitian di Afrika menunjukkan prevalensi gangguan pica yang tinggi, terutama di antara populasi yang terkena dampak kemiskinan dan kelaparan. Di beberapa bagian Afrika, prevalensi gangguan ini bisa mencapai 20-30% pada anak-anak.
- Studi di Asia: Prevalensi gangguan pica juga bervariasi di Asia. Studi di India menunjukkan prevalensi sekitar 17% pada anak usia sekolah, sementara studi di Jepang menunjukkan prevalensi sekitar 8% pada anak usia dini. Di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia, prevalensi gangguan ini pada anak-anak berkisar antara 4?n 7%.
Setelah memahami lebih jauh tentang gangguan pica, kita dapat menyimpulkan beberapa hal yang menarik. Gangguan pica, dengan kebiasaan makan bahan non-pangan yang tidak biasa, adalah kondisi kompleks yang dapat mempengaruhi individu dari berbagai usia dan latar belakang. Faktor risiko seperti defisiensi nutrisi dan gangguan perkembangan dapat memainkan peran penting. Penting untuk memahami dampak serius pada kesehatan dan menerapkan pendekatan terapi komprehensif yang melibatkan keluarga dan tim medis
Kesehatan mental merupakan salah satu indikator terpenting dari manusia, banyak dari kita masih belum sadar pentingnya menjaga kesehatan mental. Ikuti Tes Psikologi Online untuk memberikan informasi tentang kondisi psikologis mu, tes ini tersedia pada platform kami NS Development.