Mengenal Lebih dalam Body Dysmorphic Disorder
Body dysmorhpic disorder merupakan suatu gangguan yang menyebabkan individu tidak bisa menerima dan puas dengan bagian tubuh yang tidak sempurna sehingga ia terus-terusan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut.
Body dysmorphic disorder adalah gangguan mental yang memengaruhi persepsi terhadap penampilan fisik seseorang. Orang dengan gangguan ini sering kali memiliki keasyikan yang berlebihan dan tidak realistis terhadap cacat pada bagian tubuh tertentu, meskipun cacat tersebut tidak begitu penting atau bahkan tidak ada. Dalam artikel ini kita akan membahas lebih dalam apa itu body dysmorphia.
Pengertian Body Dysmorphic Disorder
Definisi body dysmorphic disorder telah dipelajari oleh banyak ahli di bidang psikologi dan psikiatri. Mereka telah mengidentifikasi beberapa gejala dan faktor gangguan ini.
Menurut American Psychiatric Association (APA), body dysmorphic disorder termasuk dalam kategori gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja atau awal masa dewasa dan lebih sering terjadi pada wanita. Orang dengan body dysmorphic disorder sering menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa dan mengoreksi bagian tubuh yang tidak terlihat sempurna. Mereka juga dapat menghindari situasi sosial yang membutuhkan tampilan fisik, seperti pesta atau acara keluarga.
Sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Psychiatry menunjukkan bahwa body dysmorphic disorder lebih sering terjadi pada orang yang pernah mengalami trauma seperti pelecehan seksual atau kekerasan fisik. Namun, faktor genetik juga dapat berperan dalam gangguan ini.
Menurut Dr Catherine Phillips, seorang psikiater di Brown University, body dysmorphic disorder dapat memengaruhi semua aspek kehidupan seseorang. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya harga diri, depresi, dan kesulitan dalam hubungan interpersonal. Mereka juga dapat mengalami gangguan makan atau menghindari olahraga karena merasa tidak nyaman dengan tubuh mereka sendiri.
Dr Phillips juga mengatakan bahwa body dysmorphic disorder bukan hanya masalah estetika. Orang dengan gangguan ini merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan tubuh mereka sendiri. Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk memeriksa dan mengoreksi bagian tubuh yang mereka anggap tidak sempurna.
Data Prevalensi Penderita Body Dysmorphia Disorder
Tidak ada data yang akurat mengenai jumlah orang yang menderita body dysmorphic disorder di seluruh dunia, karena banyak orang yang tidak terdiagnosis atau tidak mencari bantuan medis untuk masalah ini. Namun, beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperkirakan seberapa umum gangguan ini.
Sebuah studi oleh Institut Kesehatan Mental Nasional AS memperkirakan bahwa sekitar 2,5?ri populasi umum menderita gangguan dismorfik tubuh. Namun, angka ini mungkin lebih tinggi karena banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka menderita kondisi tersebut atau terlalu malu untuk mencari bantuan medis.
Menurut sebuah penelitian di Inggris, sekitar satu dari 50 orang menderita gangguan dismorfik tubuh. Angka ini lebih tinggi pada remaja dan dewasa muda dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Hanya saja, di Indonesia belum ada data yang pasti mengenai jumlah orang yang menderita gangguan dismorfik tubuh. Namun, seperti yang telah disebutkan, gangguan ini mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan dan masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mereka mengidapnya.
Hal yang penting untuk disadari adalah bahwa body dysmorphic disorder bukan hanya masalah estetika atau kekhawatiran tentang penampilan fisik seseorang. Gangguan ini dapat memengaruhi kualitas hidup dan mengganggu fungsi sosial, akademis, dan profesional. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran akan body dysmorphic disorder dan memberikan dukungan kepada mereka yang menderita gangguan tersebut.
Studi Penelitian Tentang Body dysmorphic disorder
Studi oleh Stefania Tenna et al, Body dysmorphic disorder pada pasien yang menjalani septoplasti: nilai prediktif skrining dengan Kuesioner Kekhawatiran Dismorfik Tubuh' (2016).
Penelitian ini dilakukan untuk menilai prevalensi body dysmorphic disorder pada pasien yang menjalani septoplasti dan mengidentifikasi faktor risiko yang terkait dengan gangguan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 9% pasien yang menjalani septoplasti memiliki gangguan dismorfik tubuh. Faktor risiko yang terkait dengan body dysmorphic disorder juga ditemukan termasuk riwayat penyakit mental, kekhawatiran berlebihan tentang penampilan, dan riwayat perundungan selama masa remaja.
Dapat disimpulkan bahwa body dysmorhpic disorder merupakan suatu gangguan yang menyebabkan individu tidak bisa menerima dan puas dengan bagian tubuh yang tidak sempurna sehingga ia terus-terusan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut.
Untuk memeriksa informasi terkini mengenai kesehatan mental, kamu dapat melakukan Tes MMPI Online yang tersedia di NS Development.