Siapa yang Berhak Melakukan Tes Psikologi?
Dilihat dari penyelenggaraan tes, ada diagnose psikologi yang mungkin dapat dilakukan oleh bukan ahli psikologi, atau orang yang tidak mendapat pelatihan dan pendidikan khusus untuk itu.
Jawaban untuk pertanyaan siapa yang berhak melakukan tes/diagnosa psikologi merupakan sebuah pertanyaan yang harus dijawab. Karena hingga saat ini (tahun 2022), aturan hukum mengenai hal ini belum ada. Walaupun aturan hukumnya belum diatur secara perundang-undangan, kewenangan mengenai tes psikologi sudah diatur dalam kode etik psikologi dari HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia).
Dilihat dari penyelenggaraan tes, ada diagnose psikologi yang mungkin dapat dilakukan oleh bukan ahli psikologi, atau orang yang tidak mendapat pelatihan dan pendidikan khusus untuk itu. Tetapi ada yang benar-benar harus dilaksanakan oleh ahli yang kompeten untuk hal itu dan mereka mendapat pendidikan khusus. Seharusnya pemeriksaan psikologi ini dilaksanakan di bawah supervisi seorang ahli atau oleh ahli yang bersangkutan (Sumadi Suryabrata, 1971).
Ditinjau dari segi penggunaannya, diagnosa psikologi dan penyelenggaraannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Diagnosa untuk keperluan pelatihan/pendidikan
Diagnosa untuk tujuan ini diselenggarakan khusus untuk bidang Pendidikan psikologi untuk memperoleh keterampilan diagnostik. Masalahnya tidak hanya sekedar tahu atau tidak tahu, tetapi lebih daripada itu, juga masalah bisa atau tidak bisa menyelenggarakannya. Karena itu Latihan untuk tujuan ini sangat penting.
Diagnosa mengenai prestasi belajar
Diagnosa untuk tujuan ini diselenggarakan untuk melihat sejauh mana penyelenggaraan pendidikan telah mencapai hasil seperti yang diharapkan. Untuk itu diperlukan pengujian dengan melalui seperangkat tes prestasi. Para pendidik dapat merancang dan menggunakannya untuk keperluan ini. Tetapi bila dalam pemeriksaan nampak adanya gejala kelainan/penyimpangan, maka seyogyanya kasus ini diserahkan kepada ahli yang lebih berwenang untuk menanganinya. Kasus semacam ini banyak ditemukan dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan.
Diagnosa dengan menggunakan tes psikologi
Untuk tujuan ini penyelenggaraan tes tidak diperkenankan dilakukan oleh sembarangan orang, melainkan harus dikerjakan oleh ahli psikologi atau mereka yang mendapat pendidikan dan pelatihan khusus untuk itu. Tes psikologi sebagai alat diagnostik manfaatnya sangat tergantung dari siapa yang menggunakan dan bagaimana tes tersebut digunakan. Di tangan seorang ahli yang berwenang untuk itu, tes psikologi akan sangat bermanfaat. Tetapi di tangan mereka yang bukan ahli, tes ini mungkin akan mendatangkan bahaya.
Kouwer membatasi kewenangan menyelenggarakan tes psikologi berdasarkan tiga fungsi pemeriksaan psikologi, yaitu:
a. Pemeriksaan dengan tujuan memprediksi
Syarat utama untuk pemeriksaan ini adalah pelaksanaan yang eksak dan terkontrol. Pada prinsipnya semua orang yang mengetahui prinsip ini dapat menyelenggarakan tes untuk tujuan ini. Jadi dilakukan oleh administrator tes, tetapi untuk interpretasi tes sebaiknya dilakukan oleh ahli psikologi.
b. Pemeriksaan dengan tujuan mendeskripsikan
Nilai dari tes ini terletak sepenuhnya pada interpretasinya, artinya terletak pada analisis psikologi tentang hasil tes. Oleh karena itu, syarat yang esensial adalah menguasai sepenuhnya teori kepribadian dan arti diagnostik dari materi tes yang digunakan. Untuk tujuan ini seorang ahli psikologi-lah yang berkompeten menyelenggarakan pemeriksaan tersebut.
c. Pemeriksaan dengan tujuan terapi
Syarat untuk memakai material tes dalam tujuan ini harus dilatarbelakangi oleh pengetahuan psikologi yang khusus dan pengetahuan tentang terapi. Untuk berhasil dalam tujuan tes ini, ahli terapi harus mengerti secara mendalam tentang arti, syarat-syarat dan sifat-sifat materi tes tersebut.
Beberapa jenis tes dalam penyelenggaraannya tidak terlalu menuntut keahlian psikologi tertentu, jadi dapat diselenggarakan oleh administrator tes yang cukup cekatan melalui pelatihan yang sederhana. Tetapi cukup banyak pula tes psikologi yang tidak dapat dilaksanakan oleh administrator tes, seperti misalnya jenis tes dengan teknik projektif (Sumardi Suryabrata, 1971).
Kompetensi penggunaan alat tes berkaitan erat dengan tingkatan atau level kompleksitas pada alat tes itu sendiri. American Psychological Association (APA) telah mengkategorikan alat tes psikologi ke dalam tiga level sebagai berikut:
Level A
Level ini mencakup alat tes yang dapat di administrasikan, diskor dan diinterpretasikan dengan bantuan manual. Tes jenis ini dapat dipergunakan dan diinterpretasikan oleh nonpsikolog yang memiliki rasa tanggung jawab, seperti eksekutif business dan kepala sekolah.
Penggunaan tes-tes level A memerlukan kursus tingkat advance ataupun lulusan sarjana dari universitas terakreditasi, atau pelatihan yang setara di bawah pengarahan supervisor atau konsultan yang qualified.
Contoh dari alat tes ini adalah tes vocational dan pencapaian akademik, sebagian besar inventori minat, dan tes-tes pilihan ganda yang menggunakan pengukuran sederhana dalam penginterpretasiannya, baik individual maupun kelompok.
Level B
Penggunaan alat tes level ini memerlukan latar belakang training khusus dalam pengadministrasian, skoring, dan interpretasi. Alat-alat tes pada level ini lebih kompleks daripada level A dan memerlukan pemahaman tentang prinsipprinsip psikometri, sifat-sifat yang diukur, dan bidang keilmuan dimana alat tes tersebut digunakan (misalnya pendidikan, klinis, konseling).
Alat tes ini dapat dipergunakan oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat lanjut dalam bidang testing dari universitas atau institusi yang terakreditasi, atau telah memperoleh training yang setara dibawah pengawasan psikolog. Paling tidak, pengguna alat tes ini harus telah mengikuti pelatihan yang tepat tentang prinsip-prinsip psikometri (reliabilitas, validitas, konstruksi tes) dan memiliki pengalaman yang terkontrol dalam pengadministrasian, penyekoran, dan penginterpretasian alat-alat tes tersebut.
Tes-tes level B umumnya mencakup sebagian besar tes prestasi atau minat individual atau kelompok, inventori screening, dan tes personal. Contoh alat tes kategori ini adalah tes bakat dan tes inventory kepribadian untuk populasi normal.
Level C
Level C merupakan kategori yang paling ketat dan mencakup tes-tes dan alat bantu yang membutuhkan pelatihan dan pengalaman dalam pengadministrasian, penyekoran, dan penginterpretasian. Alat tes kategori ini memerlukan pemahaman yang substansif tentang testing. Penggunaan alat tes kategori ini membutuhkan pelatihan dalam bidang profesional khusus dimana tes ini digunakan (misalnya psikologi sekolah, klinis, atau konseling). Secara khusus, tes kategori ini hanya dapat dipergunakan oleh mereka yang memperoleh pendidikan minimum, master di bidang psikologi atau bidang-bidang yang berkaitan. Juga diperlukan verifikasi tentang ijin atau sertifikat sebagai psikolog.
Tes-tes level C umumnya mencakup beberapa tes diagnostik klinis, kepribadian, bahasa, atau bakat, baik kelompok maupun individual. Sebagai contoh, yang termasuk instrumen kategori ini adalah tes kecerdasan individu, tes proyektif, dan tes battery neuropsikologi.