Faktor Penyebab Fobia yang Perlu Diketahui
Reaksi paling umum dari seorang yang mengidap fobia adalah menghindari (avoid) objek/situasi yang mereka takuti. Namun bukan tidak mungkin seorang pengidap fobia justru melawan.
Fobia bisa diderita oleh siapa saja tanpa batasan usia dan jenis kelamin. Penderita fobia menyadari bahwa ketakutannya tidak beralasan dan berlebihan, namun ia sendiri tidak berdaya untuk mengatasinya. Pada tingkat yang ekstrim, penderita fobia akan merasa ia akan menjadi gila karena ketakutan yang membayanginya.
Sebagian fobia disebabkan karena pengalaman traumatis, yang seringkali terjadi pada masa kanak-kanak. Seorang anak yang digigit oleh anjing mungkin di kemudian hari akan takut dengan semua anjing, meskipun si anak bahkan sudah lupa dengan pengalaman itu. Pengalaman seseorang terjebak di lift juga bisa menyebabkan fobia terhadap lift, atau bahkan lebih parah lagi bisa tergeneralisasi menjadi takut berada dalam ruangan sempit dan tertutup.
Faktor-faktor Penyebab Fobia
Ada sebuah perbedaan sudut pandang antara pengamat fobia (orang yang dalam satu kasus tidak mengidap fobia) dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan logikanya, sedangkan pengidap fobia tidak. Bagi si pengamat fobia, seekor laba-laba mungkin hanya seekor binatang kecil berkaki 8 yang akan mati dalam sekali pukul, namun bagi pengidap fobia, hadirnya seekor laba-laba di depan dirinya adalah ketakutan terbesar dalam hidupnya.
Reaksi paling umum dari seorang yang mengidap fobia adalah menghindari (avoid) objek/situasi yang mereka takuti. Namun bukan tidak mungkin seorang pengidap fobia justru melawan. Misalnya untuk kasus fobia terhadap laba-laba, yang umum dilakukan penderita fobia laba-laba adalah memeriksa seluruh sudut ruangan yang ia masuki, memastikan tidak ada laba-laba baru ia dapat merasa aman, dan jika ada laba-laba, ia akan pergi menghindari laba-laba itu. Tapi ada beberapa penderita yang justru dengan histeris mendatangi laba-laba itu dan membunuhnya tanpa ampun sampai benar-benar yakin kalau laba-laba yang ia lihat sudah mati.
Namun reaksi ini lebih jarang terjadi, pada umumnya penderita fobia lebih memilih menghindar daripada melawan. Secara umum, penyebab fobia biasanya adalah:
1. Suatu peristiwa yang menyebabkan trauma
Faktor ini dapat dikatakan sebagai sebab terbesar dari munculnya fobia pada seseorang. Pengalaman traumatis yang dimaksud adalah peristiwa menakutkan dan meninggalkan bekas mendalam (trauma psikis). Selain peristiwa menakutkan, pengalaman traumatis lainnya dapat berupa pengalaman pribadi yang memalukan atau menimbulkan rasa bersalah. Berbagai peristiwa tersebut kemudian ditekan kedalam bawah sadar (represi). Upaya merepresi peristiwa yang tidak menyenangkan itu merupakan cara individu untuk melindungi dirinya (defend mechanism), yaitu dengan melupakan atau menyangkal pengalaman traumatis tersebut. Dalam jangka pendek upaya ini memang berhasil meredakan atau meghilangkan berbagai gejala ketakutana yang terjadi. Namun dalam jangka panjang, tindakan represi hanya membuat munculnya fobia. Ini karena pengalaman traumatis yang pernah terjadi, sejatinya tidak benar-benar dilupakan atau hilang dari ingatan individu tersebut. Ketika suatu saat individu kembali berhadapan atau mengalami situasi yang hampir serupa dengan traumatisnya, maka gejalagejala ketakutan akan terjadi. Kondisi ini pun manandai munculnya fobia pada individu tersebut dan akan terus menetap sepanjang usianya jika tidak ada usaha untuk menyembuhkan fobia yang dialami.
Contoh: Seseorang pernah dicakar kucing sewaktu kecil dan menjadi pengalaman yang traumatis. Ketika sudah dewasa, ia menjadi fobia terhadap kucing.
2. Budaya dan keyakinan
Contoh: Seseorang memegang budaya/keyakinan yang mengatakan bahwa warna putih adalah warna yang tidak baik karena melambangkan kematian. Selanjutnya orang ini menunjukkan ketakutan berlebihan (fobia) terhadap warna putih.
3. Pola asuh yang keliru
Faktor kesalahan dalam mendidik sebanarnya masih berkaitan dengan pengalaman traumatis masa lalu. Kaitanya terletak pada rasa takut yang diakibatkan dari kekeliruan dalam mendidik. Kekeliruan dalam mendidik di kemudian hari berpotensi menimbulkan fobia (ketakutan irasional). Berkaitan dengan pengalaman menakutkan ketika individu masih kecil (anak-anak). Beberapa penelitian menemukan jika ketakutan irasional mulai dirasakan anak ketika ia melihat orang asing atau bukan ibunya. Ketakutan ini dapat terus berkembang. Pada usia 1,5 tahun (18 bulan), anak akan merasa takut jika berpisah dengan orang tuanya, selanjutnya, pada usia 3 hingga 6 tahun ketakutan irasional lebih mengarah pada hal-hal imajiner (khayalan), seperti takut pada tempat tidur, kamar mandi, kegelapan, tidur sendiri, atau suara-suara aneh. Saat usia 7 tahun, ketakutan irasional berupa hal-hal lebih spesifik atau peristiwa nyata yang dialami, seperti dikerjar atau digigit anjing, ditinggal meninggal orang yang dicintai (orang tua).
Contoh: Seseorang ketika kecil terlalu diproteksi oleh orang tuanya (orang tuanya over protective). Orang tuanya tidak pernah mengijinkan anaknya memegang jarum dengan alasan berbahaya. Akibatnya karena ini berlangsung terus-menerus, ketika si anak besar ia menjadi fobia terhadap jarum suntik.
4. Permodelan dan pengkondisian
Contoh : Orang tua seseorang memiliki fobia terhadap lebah dan menunjukkan sikap ketakutan ketika ada lebah di dekatnya. Hal ini terus dilihat oleh anaknya, sehingga anaknya ikut menganggap bahwa lebah adalah hewan yang menakutkan dan menjadi fobia lebah.
5. Faktor Genetik (Keturunan)
Menurut Martin Seligman, seorang ahli perilaku berkebangsaan Amerika Serikat yang memperkenalkan istilah biological preparedness yaitu penjelasan bahwa rasa takut pada manusia dapat disebabkan pengaruh genetic dari nenek moyang (faktor keturunan). Dengan kata lain, seseorang memiliki rasa takut pada objek tertentu karena ia mewarisi gen rasa takut pada objek tersebut dari leluhurnya. Misalnya ada seseorang fobia terhadap binatang buas meskipun ia tidak pernah mengalami peristiwa mengerikan saat kecil. Rasa takut bias saja berasal dari nenek moyangnya yang pernah mengalami peristiwa traumatis dengan binatang buas.
Cara Mengetahui Penyebab Fobia
Cara mengetahui penyebab fobia, hal yang paling utama perlu dilakukan adalah mengetahui dan mengukur tingkat gangguan fobia tersebut. Ada beberapa tes psikologi yang bisa digunakan untuk mengukur gangguan fobia. Salah satu tes psikologi yang paling banyak digunakan dengan tingkat validitas yang tinggi adalah tes MMPI.
NS Development menyediakan tes psikologi MMPI dalam bentuk aplikasi psikotes online, yang telah di validasi oleh psikolog-psikolog berpengalaman, sehingga memberikan kepercayaan terhadap hasil tes. Menggunakan Aplikasi tes MMPI Online memudahkan pengguna dalam mengakses tes MMPI.
Tes MMPI Online NS Development dapat diakses dimana saja dengan menggunakan perangkat yang tersedia seperti laptop, komputer, tablet dan mobile phone. Aplikasi psikotes online ini dapat digunakan dengan menggunakan browser maupun aplikasi android.
Ingin mengikuti tes MMPI Online? Anda dapat mengikutinya dengan registrasi langsung di link tautan Tes MMPI Online.