Ketahui inilah 5 Dampak Body Dysmorphic Disorder pada Kehidupan Sehari-hari
Body dysmorphic disorder dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari, termasuk gangguan sosial dan pekerjaan, peningkatan risiko pikiran dan perilaku bunuh diri, penurunan kognitif, dampak negatif terhadap kesehatan fisik, dan beban keuangan
Body dysmorphic disorder (BDD) adalah kondisi kesehatan mental yang memengaruhi cara orang memandang penampilan fisik mereka. Orang dengan gangguan ini dapat terobsesi dan tertekan oleh kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penampilan fisik mereka yang tidak terlihat oleh orang lain. Efek dari body dysmorphia sangat besar, mempengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari. Dalam artikel pembahasan kali ini kita akan melihat dampak apa saja yang terjadi pada kehidupan sehari-hari penderita body dysmorphic.
5 Dampak Body Dysmorphic Disorder
Berikut merupakan beberapa penjelasan dampak yang terjadi dikehidupan seorang penderita body dysmorphic disorder
1. Mengalami gangguan sosial dan pekerjaan
Salah satu efek yang paling terlihat dari body dysmorphic disorder adalah gangguan sosial dan pekerjaan. Orang dengan gangguan ini sering menghindari situasi dan aktivitas sosial yang mengekspos kecacatan fisik yang mereka rasakan. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan semakin memperburuk gejala. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan body dysmorphic memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dan lebih banyak mengalami gangguan sosial dan pekerjaan daripada orang tanpa body dysmorphic.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Phillips dkk. (2006) menemukan bahwa orang dengan gangguan ini memiliki fungsi pekerjaan dan sosial yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan orang dengan depresi berat, gangguan mental lain yang diketahui dapat menyebabkan gangguan berat. Studi ini juga menemukan bahwa gejala body dysmorphic disorder lebih kuat terkait dengan fungsi sosial dan pekerjaan daripada gejala depresi.
2. Peningkatan risiko pikiran dan perilaku bunuh diri
body dysmorphic disorder dikaitkan dengan peningkatan risiko ide dan perilaku bunuh diri: sebuah studi yang dilakukan oleh Didie dkk. (2006) menemukan bahwa lebih dari 80% partisipan dengan BDD melaporkan adanya keinginan untuk bunuh diri dan 24% melaporkan adanya riwayat percobaan bunuh diri. Studi ini juga menemukan bahwa tingkat keparahan gejala body dysmorphic disorder secara signifikan berhubungan dengan ide dan perilaku bunuh diri. Penelitian lain yang dilakukan oleh Bjornsson dkk. (2011) menemukan bahwa orang dengan BDD lebih mungkin melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan orang dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan mental lain yang ditandai dengan pikiran-pikiran yang mengganggu dan menyusahkan. Studi ini juga menemukan bahwa gejala gangguan ini lebih kuat terkait dengan perilaku bunuh diri daripada gejala OCD.
3. Gangguan kognitif
Sebuah studi yang dilakukan oleh Feusner dkk. (2010) menemukan bahwa orang denganĀ body dysmorphic disorder mengalami gangguan perhatian dan memori visual dibandingkan dengan orang tanpa gagngguan ini. Studi ini juga menemukan bahwa gangguan kognitif ini terkait dengan tingkat keparahan gejala. Penelitian lain yang dilakukan oleh Greenberg dkk. (2015) menemukan bahwa orang dengan body dysmorphic disorder menunjukkan gangguan dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan orang tanpa gangguan ini. Penelitian ini juga menemukan bahwa gangguan dalam pengambilan keputusan ini berhubungan dengan tingkat keparahan gejala BDD dan dapat menyebabkan gangguan fungsional dalam kehidupan sehari-hari.
4. Dampak negatif pada kesehatan fisik
body dysmorphic disorder juga dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik: orang dengan body dysmorphic disorder sering terlibat dalam perilaku yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyembunyikan cacat tubuh yang dirasakan, seperti dandanan yang berlebihan, mencabut bulu, dan bedah kosmetik. Perilaku ini dapat menyebabkan cedera fisik, infeksi, dan masalah kesehatan lainnya.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Grant dkk. (2002) menemukan bahwa orang dengan gangguan ini lebih mungkin melaporkan riwayat bedah kosmetik daripada mereka yang tidak memiliki body dysmorphic disorder Studi ini juga menemukan bahwa bedah kosmetik tidak memperbaiki gejala dan bahkan dapat memperburuknya dalam beberapa kasus.
5. Beban ekonomi
body dysmorphic disorder dapat menjadi beban ekonomi bagi individu dan keluarganya. Orang dengan body dysmorphic disorder sering menghabiskan banyak uang untuk bedah kosmetik dan produk kecantikan untuk memperbaiki atau menyembunyikan cacat fisik yang dirasakan. Hal ini menyebabkan stres keuangan dan dapat menyebabkan kerusakan sosial dan pekerjaan.
Kesimpulannya, body dysmorphic disorder dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari, termasuk gangguan sosial dan pekerjaan, peningkatan risiko pikiran dan perilaku bunuh diri, penurunan kognitif, dampak negatif terhadap kesehatan fisik, dan beban keuangan. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala, penting untuk mencari bantuan profesional; perawatan untuk body dysmorphic disorder meliputi terapi perilaku kognitif, pengobatan dan kelompok pendukung. Dengan perawatan yang tepat, penderita ini dapat belajar untuk mengelola gejala-gejala yang mereka alami dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Untuk memeriksa informasi terkini mengenai kesehatan mental, kamu dapat melakukan Tes MMPI Online yang tersedia di NS Development.