logo PT Nirmala Satya Development
Self Harm

Self harm adalah tindakan yang disengaja untuk menyebabkan cedera fisik untuk meredakan tekanan emosional, mengekspresikan perasaan tidak berdaya, atau untuk mengendalikan emosi negatif

Menyakiti diri sendiri, juga dikenal sebagai self harm atau kekerasan yang dilakukan sendiri, adalah tindakan yang disengaja untuk menyakiti diri sendiri secara fisik untuk meringankan tekanan emosional atau untuk mengekspresikan ketidakmampuan untuk mengatasi emosi negatif. Para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai self-harm, tetapi umumnya sepakat bahwa self-harm adalah sesuatu yang kompleks dan memiliki banyak faktor. Dalam artikel ini kita akan bersama-sama memahami apa itu self harm.

Pengertian Self Harm Menurut Ahli

Menurut American Psychological Association (APA) self harm adalah sebuah perilaku seseorang yang meningkatkan risiko dengan sengaja menyebabkan cedera fisik sebagai cara untuk meredakan atau mengekspresikan perasaan tidak menyenangkan, meskipun tidak ada niat untuk bunuh diri.

Royal College of Psychiatrists (Inggris) self harm adalah perilaku seseorang yang dengan sengaja merusak atau menyakiti tubuh mereka sendiri. Perilaku ini sering kali terjadi sebagai respons terhadap tekanan emosional atau stres berat.

NAMI mendeskripsikan perilaku self harm sebagai perilaku seseorang yang dengan sengaja menyakiti diri sendiri untuk menghilangkan stres, meredakan tekanan emosional, atau mendapatkan kembali kendali yang hilang.

Cornell Research Program on Self-Injury and Recovery mendeskripsikan perilaku self harm sebagai tindakan yang sengaja menyakiti diri sendiri dengan cara menyayat, membakar, memukul, dan lain-lain untuk meredakan tekanan emosional atau untuk berhenti merasa mati rasa.

Untuk memahami perilaku self harm, penting untuk mengenali bahwa self harm sendiri bukanlah upaya bunuh diri. Meskipun tidak sehat, perilaku ini adalah mekanisme koping yang digunakan individu untuk meredakan tekanan mental yang luar biasa. Dr Lisa Firestone, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa self harm dapat memberikan kelegaan sementara, mengalihkan perhatian dari rasa sakit emosional ke rasa sakit fisik. Namun, kelegaan ini hanya bertahan sebentar dan masalah yang mendasarinya masih belum terselesaikan.

Para ahli sepakat bahwa self harm sering dikaitkan dengan penyakit mental yang mendasarinya, termasuk depresi, kecemasan, gangguan kepribadian ambang, dan gangguan stres pascatrauma. Dr Janice Whitlock, seorang ilmuwan peneliti, mencatat bahwa orang yang melakukan self harm sering kali mengalami kesulitan dalam mengatur emosi dan mengekspresikannya dengan cara yang lebih sehat. Mereka mungkin juga pernah mengalami trauma, pelecehan atau pengabaian dan menggunakan tindakan menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk mengatur emosi atau menghilangkan rasa sakit.

Mengidentifikasi perilaku self harm bisa jadi sulit karena orang sering berusaha menyembunyikan luka mereka. Namun, ada beberapa tanda bahwa seseorang mungkin melakukan tindakan menyakiti diri. Tanda-tanda ini termasuk luka yang tidak dapat dijelaskan, luka bakar dan memar, terutama dalam garis lurus atau berkelompok. Bersembunyi di balik pakaian, bahkan di bulan-bulan yang lebih hangat, sering membuat alasan atas luka-lukanya, atau menarik diri dari kegiatan sosial juga bisa menjadi tanda-tanda melukai diri sendiri.

Prevalensi individu yang melakukan Self Harm

Beberapa penelitian dan survei telah dilakukan untuk memperkirakan prevalensi self harm. Beberapa data yang tersedia disajikan di bawah ini

  • Remaja: Prevalensi self harm di kalangan kaum muda dapat bervariasi di antara negara dan populasi yang diteliti. Sebuah meta-analisis dari 36 penelitian di 17 negara menemukan bahwa sekitar 17% remaja melaporkan tindakan self harm. Namun, prevalensi ini dapat bervariasi tergantung pada definisi mencelakai diri sendiri yang digunakan dan metodologi penelitian.
  • Dewasa muda: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi self harm di kalangan dewasa muda juga tinggi. Misalnya, sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa sekitar 6?ri usia 16-24 tahun pernah melakukan self harm.
  • Orang dewasa: Data mengenai prevalensi self harm pada orang dewasa juga tersedia, tetapi cenderung lebih rendah dibandingkan dengan populasi remaja. Studi di Amerika Serikat menemukan bahwa sekitar 4% orang dewasa pernah self harm.

Secara ringkas, self harm adalah tindakan yang disengaja untuk menyebabkan cedera fisik untuk meredakan tekanan emosional, mengekspresikan perasaan tidak berdaya, atau untuk mengendalikan emosi negatif. data menunjukkan bahwa mencelakai diri sendiri dapat terjadi pada kelompok usia yang berbeda, termasuk remaja, dewasa muda, dan dewasa, dan prevalensinya bervariasi.

Tindakan self harm merupakan cara seseorang untuk meredakan tekanan psikologis yang luar biasa menyakitkan bagi individu tersebut. namun perlu diingat bahwa self harm merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan merugikan diri sendiri. Maka dari itu penting untuk memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan mentalmu agar tetap terjaga dan senantiasa dalam keadaan yang sehat. Untuk itu ketahui informasi psikologis kamu dengan melakukan Tes Psikologi Online yang telah tersedia di NS Development.