logo PT Nirmala Satya Development
Kelebihan dan Kekurangan Tes EPPS

EPPS (Edward Personal Preference Schedule) menggunakan cara yang unik untuk mengurangi efek social desirability dalam asesmen kepribadian

EPPS (Edward Personal Preference Schedule) menggunakan cara yang unik untuk mengurangi efek social desirability dalam asesmen kepribadian. Edward mengumpulkan kebutuhan kepribadian yang dijelaskan Murray, dan membuat item-item yang menggambarkan kebutuhan ini. Kemudian item-item ini diberikan kepada murid kuliah dan diberikan instruksi untk menilai setiap item sesuai dengan tingkat social desirability. Setelah ratingnya didapat, Edwards dapat memasangkan item sesuai dengan tingkat Sdnya. Prosedur ini menghasilkan tes ipsative yang dirancang untuk mengeliminasi efek social desirability, dan memberikan alat ukur yang mengukur kekuatan relatif karakteristik kepribadian secara relatif (Murphy & Davidshofer, 2005). Yang dimaksud dengan ipsative adalah bahwa kekuatan dari setiap kebutuhan tidak diekspresikan dalam bentuk absolut, tetapi relatif dengan kekuatan kebutuhan lainnya dalam individu (Anastasi & Urbina, 1997).

KELEBIHAN TES EPPS

Kekuatan EPPS adalah ia mengukur dimensi kepribadian yang tidak mengancam peserta atau klien, sehingga diskusi mengenai hasil tes EPPS pada klien memberikan stimulus untuk self exploration. Membagi pernyataan yang memberikan makna yang memperjelas variabel yang diukur dengan pasien atau lawan bicara juga cenderung memperjelas fungsi dan arti tes sehingga mengurangi juga pertahanan klien (Murphy & Davidshofer, 2005).

List kelebihan EPPS:

  1. Validitas dan reliabilitas tinggi
  2. Pengerjaannya mudah
  3. Tersedia norma untuk berbagai latar belakang dan tingkat pendidikan

 

KEKURANGAN EPPS

Sayangnya, kekurangan EPPS mengalahkan kelebihannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek social desirability pada tes belum dieliminasi atau dikontrol dengan cukup (Corah et al., 1958; Feldman & Corah, 1960; Wiggins, 1966). Tambahan permasalahan dan keterbatasan yang diiringi oleh format ipsative dan pilihan yang dipaksa tidak sebanding dengankontrol social desirability yang tidak ada, atau kurang (Murphy & Davidshofer, 2005).

Kerangka perbandingan dalam skoring EPPS bersifat ipsative, sehingga nilainya dibandingkan dengan individual dan bukan sampel normatif. Sehingga, dua individu dengan nilai yang sama dalam EPPS, bisa berbeda dalam nilai absolutnya (Anastasi & Urbina, 1997). Walaupun diberikan norma untuk mengubah skor menjadi persentil, pengubahan ini tidak dianjurkan karena sifatnya yang ipsative.

Internal test-retest reliability yang dimiliki cukup rendah, dengan Chronbach’s alpha sekitar 0.5 sampai 0.8 (Friedenberg, 1995).  Juga diragukan apakah pengukuran EPPS dapat mengukur kebutuhan yang laten, dimana ia hanya memberikan gambaran mengenai bagaimana klien melihat diri mereka ketika di tes. Sejak dipulikasi, tidak banyak penelitian yang mendukung validitasnya selain yang pertama diberikan pada manual EPPS.

Cooper (1990) menggunakan EPPS untuk klien yang sedang melakukan rehabilitasi pekerjaan dan ia menemukan bahwa hasilnya cukup berbeda dengan norma mahasiswa perkuliahan yang pertama kali dipublikasikan untuk tes. Ia menyumpulkan bahwa norma yang baru dan sesuai gender dibutuhkan. Selain itu, Thorson dan Powell (1992) juga mengatakan bahwa perlu ada pembaharuan norma, tetapi juga mempertanyakan stabilitas skor tes. Piedmont, McCrae, dan Costa (1992) menunjukkan data yang menyatakan bahwa penggunan format forced choice dan ipsative pada EPPS dapat mengurangi validitas keseluruhan tes (Murphy & Davidshofer, 2005).Walaupun banyak penelitian yang menentang validitasnya, dan masalah dengan format ipsative-nya, EPPS masih digunakan secara luas(Zytowski & Warman, 1982).

List Kekurangan EPPS

  1. Beberapa itemnya mengandung sosial desirability.
  2. Adanya kemungkinan subyek melakukan faking
  3. Pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama
  4. Validitas dan Reliabilitas EPPS Rendah