logo PT Nirmala Satya Development
ADHD

ADHD adalah gangguan yang kompleks dengan kombinasi faktor genetik, neurobiologis, lingkungan, psikologis, dan sosial.

Apakah Anda pernah bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya menyebabkan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) dan bagaimana faktor-faktor tersebut berperan dalam gangguan ini? Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi individu sepanjang hidupnya. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala seperti kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif, serta dapat berdampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari dan kualitas hidup. Meskipun penyebab pasti ADHD masih belum diketahui, banyak penelitian yang telah mengidentifikasi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan dan ekspresinya. Dalam artikel ini, kami akan membahas lima faktor utama yang berkontribusi pada ADHD, berdasarkan penelitian dan pendapat para ahli.

Faktor Pertama: Genetika atau keturunan

Banyak penelitian menunjukkan bahwa faktor keturunan memainkan peran penting dalam ADHD. Penelitian menunjukkan bahwa ADHD memiliki komponen genetik yang kuat, dengan perkiraan 70 hingga 80 persen kasus memiliki dasar genetik. Studi kembar dan studi keluarga secara konsisten menunjukkan tingkat kesesuaian ADHD yang lebih tinggi pada kembar identik dibandingkan dengan kembar fraternal, yang semakin mendukung pengaruh genetika. Variasi gen yang terlibat dalam regulasi neurotransmiter seperti dopamin telah terlibat dalam ADHD.

Faktor Kedua: Ketidakseimbangan neurotransmitter

ADHD dikaitkan dengan ketidakseimbangan neurotransmiter tertentu, terutama dopamin dan noradrenalin. Dopamin berperan penting dalam mengatur perhatian, motivasi, dan sistem penghargaan. Studi yang menggunakan teknik pencitraan otak telah menunjukkan bahwa orang dengan ADHD memiliki perbedaan dalam aktivitas dan ketersediaan reseptor dopamin dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami gangguan ini. Kadar noradrenalin, neurotransmiter lain yang terlibat dalam perhatian dan fokus, juga diamati berkurang pada orang dengan ADHD.

Faktor Ketiga: Perbedaan struktural dan fungsional di otak

Studi neuroimaging secara konsisten telah melaporkan perbedaan struktural dan fungsional pada otak penderita ADHD. Perbedaan-perbedaan ini terutama terkait dengan area yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif, seperti korteks prefrontal dan ganglia basal. Berkurangnya ketebalan dan volume korteks serta perubahan konektivitas antar wilayah otak juga telah diamati. Hal ini menunjukkan bahwa lintasan perkembangan saraf penderita ADHD tidak lazim dan mereka mungkin mengalami kesulitan dalam hal perhatian dan pengendalian impuls.

Faktor keempat: lingkungan

Meskipun genetika dan neurobiologi berkontribusi secara signifikan terhadap ADHD, faktor lingkungan juga berperan. Paparan prenatal terhadap zat-zat seperti tembakau, alkohol, dan obat-obatan tertentu dikaitkan dengan peningkatan risiko pengembangan ADHD. Stres ibu, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan paparan racun lingkungan selama kehamilan juga telah diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial. Selain itu, gaya pengasuhan yang buruk, disfungsi keluarga, dan lingkungan rumah yang kacau dapat memperburuk gejala ADHD dan mengganggu fungsi adaptif.

Faktor kelima: psikologis dan sosial

Faktor psikologis dan sosial dapat memengaruhi perkembangan dan dampak gejala ADHD. Sebagai contoh, anak-anak dengan ADHD sering mengalami kesulitan dalam bidang akademis, yang dapat menyebabkan rasa rendah diri dan frustrasi tingkat tinggi. Akibatnya, tekanan mental dapat memperburuk gejala dan mengganggu interaksi sosial. Selain itu, komorbiditas seperti kecemasan, depresi, dan ketidakmampuan belajar dapat mempersulit diagnosis dan manajemen ADHD, dan intervensi yang efektif untuk ADHD sering kali melibatkan pendekatan komprehensif yang menangani kebutuhan psikologis dan sosial individu dengan gangguan tersebut. Profesor Michael Davis, seorang ahli psikologi anak, menjelaskan bahwa distress emosional yang timbul akibat hal ini dapat memperburuk gejala dan menghambat interaksi sosial. Selain itu, kondisi-kondisi komorbid seperti kecemasan, depresi, dan gangguan belajar juga dapat mempersulit diagnosis dan pengelolaan ADHD. Oleh karena itu, pendekatan yang komprehensif dalam penanganan ADHD melibatkan upaya untuk mengatasi kebutuhan psikologis dan sosial individu yang mengalami gangguan ini.

ADHD adalah gangguan yang kompleks dengan kombinasi faktor genetik, neurobiologis, lingkungan, psikologis, dan sosial. Penelitian memberikan wawasan yang berharga tentang faktor-faktor ini dan menjelaskan mekanisme yang mendasari ADHD. Memahami faktor-faktor ini sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang ditargetkan dan memberikan dukungan yang tepat bagi penderita ADHD. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap interaksi yang kompleks dari faktor-faktor ini dan mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk diagnosis, pengobatan, dan manajemen ADHD, dan dengan mengatasi sifat multifaset dari ADHD, kita dapat bekerja untuk meningkatkan kehidupan mereka yang menderita penyakit ini.

Untuk mengetahui Kondisi psikologis anda, lakukan Tes Psikologi Online yang telah tersedia melalui layanan kami NS Development, selain itu masih banyak tes lainnya bisa di akses pada layanan kami.