Teori Kecerdasan Majemuk
Gardner menjelaskan bahwa kemampuan-kemampuan yang terkait dalam kecerdasan majemuk (multiple intelligence) telah memenuhi delapan kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah suatu kemampuan merupakan suatu kecerdasan.
Kecerdasan majemuk dimulai dari konsep yang dikembangkan oleh Howard Gardner selama 20 tahun dan aplikasinya dalam bidang pendidikan yang dikembangkan dalam proyek Zero. Pada awal penelitiannya Gardner hanya mengidentifikasi tujuh tipe kecerdasan yaitu linguistic intelligence atau kecerdasan linguistik (bahasa), musical intelligence atau kecerdasan musikal, logical/matematical intelligence atau kecerdasan matematislogis, visual/spatial intelligence atau kecerdasan ruang-visual, Body/kinestic intelligence atau kecerdasan kinestetik badani, intrapersonal intelligence atau kecerdasan intrapersonal, interpersonal intelligence atau kecerdasan interpersonal. Dalam perkembangannya, Gardner menambahkan dua tipe kecerdasan yaitu natural intelligence atau kecerdasan lingkungan dan existential intelligence atau kecerdasan eksistensial. Sedangkan menurut J.J Reza Prasetyo pada awalnya, Dr. Gardner merumuskan tujuh inteligensi kolektif yang bersifat sementara. Dalam perkembangan penelitian selanjutnya, beliau menambahkan satu intelegensi lagi sehingga ada delapan jenis intelegensi yang secara bersama terdapat dalam diri anak-anak dan orang dewasa.
Gardner menjelaskan bahwa kemampuan-kemampuan yang terkait dalam kecerdasan majemuk (multiple intelligence) telah memenuhi delapan kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah suatu kemampuan merupakan suatu kecerdasan.
8 Kriteria Kecerdasan Majemuk
Ada 8 kriteria kecerdasan menurut Gardner yang harus dipernuhi, yaitu sebagai berikut:
- Terisolasi dalam bagian otak tertentu. Kecerdasan ini masing-masing berkaitan dengan bagian otak tertentu. Misalnya, kecerdasan musikal ada pada bagian otak lobes temporal kanan. Sehingga jika terjadi kerusakan pada otak bagian kanan, maka hanya kecerdasan musikal yang terganggu.
- Kemampuan itu independen. Kecerdasan dalam diri seseorang saling independen, tidak terkait secara ketat, sehingga dapat dianggap sebagai kecerdasan yang berdiri sendiri. Misalnya, pada kasus orang yang mempunyai kemampuan yang tinggi pada hal tertentu tapi lemah pada kemampuan yang lain. Seperti pada orang autis.
- Memuat satuan operasi khusus. Setiap kecerdasan mengandung keterampilan operasi tertentu yang berbeda antara kecerdasan satu dengan yang lain dan dengan keterampilan itu seseorang dapat mengekspresikan kemampuannya dalam menghadapi masalah. Misalnya, kecerdasan musikal mempunyai kepekaan terhadap intonasi dan ritme sehingga orang dapat menangkap musik dengan cepat dan baik.
- Mempunyai sejarah perkembangan sendiri. Setiap kecerdasan mempunyai sejarah perkembangan sendiri, mempunyai waktunya sendiri dalam berkembang, menuju puncak lalu akan turun. Misalnya, Mohammad Ali dengan kecerdasan kinestetisbadani pada masa jayanya menjadi jago tinju profesional.
- Berkaitan dengan sejarah evolusi zaman dulu. Setiap kecerdasan memiliki sejarah evolusi yang sejalan dengan perkembangan otak manusia purba dan makhluk lain yang berkaitan. Misalnya, kecerdasan matematis-logis dapat dilihat dari sistem bilangan kuno dan sistem kalender yang ditentukan.
- Dukungan psikologi eksperimental. Orang yang kuat dalam bermain musik belum tentu kuat dalam matematis-logis, orang yang mudah mengenal suara orang tapi belum tentu mudah mengenal wajah orang dan sebagainya. Dari sini terlihat bahwa transfer dari satu kecerdasan ke kecerdasan lain sering tidak bisa, sehingga kerja kecerdasan saling terisolasi.
- Dukungan dari penemuan psikomotorik. Tes psikologis berstandar seperti Wechsler Intelligence Scale for Children yang mengandung tes kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang visual dan kinestetis badani merupakan salah satu bukti bahwa kecerdasan yang ditemukan Gardner memang benar.
- Dapat disimbolkan. Setiap kecerdasan dapat disimbolkan dalam sistem notasi yang berbeda dan khas. Misalnya, kecerdasan linguistik dengan bahasa fonetik, kecerdasan matematis-logis dengan bahasa komputer, kecerdasan ruangvisual dengan bahasa ideografik, kecerdasan kinestetis-badani dengan bahasa tanda, dan kecerdasan interpersonal dengan bahasa wajah dan isyarat.
8 Area Kecerdasan Gardner
Gardner membagi kecerdasan menjadi 8 area, berdasarkan kriteria kercerdasan majemuk diatas. 8 Area Kecerdasan itu adalah sebagai berikut:
1) Linguistic Intelligence atau kecerdasan linguistik
Kecerdasan linguistik bersifat universal. Seseorang yang mampu bertutur dan berkata-kata dapat dikatakan memiliki kecerdasan tersebut dalam tingkat kemampuan tertentu. Daerah spesifik di otak yaitu daerah Broca bertanggung jawab terhadap kemampuan berkomunikasi serta menghasilkan kalimat dengan struktur tata bahasa yang benar. Sedangkan daerah Wenrick pada Lobus Temporal menangani pengertian terhadap informasi verbal yang kita dengar
Gardner menjelaskan kecerdasan ini sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik lisan maupun tertulis. Selain itu, Gardner menambahkan bahwa kecerdasan dapat berkembang tanpa bergantung pada masukan indera tertentu maupun keluarannya.
Seseorang dengan kecerdasan linguistik tinggi mampu berbahasa dengan baik, yang berarti orang itu mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap makna kata, urutan kata, suara, ritme ungkapan suara serta perbedaan fungsi bahasa. Salah satu tokohnya adalah Ir.Soekarno dengan pidato diplomasinya.20 Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistic adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan bahwa baik secara tertulis maupun lisan.
2) Musical intelligence atau kecerdasan musikal
Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan musikal sebagai “kemampun untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara”. Gunawan memandang kecerdasan musik sebagai ”kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik”. Secara umum kecerdasan musik meliputi empat kemampuan yaitu kemampuan untuk mempersepsi musik (seperti pada penikmat musik), membedakan musik (seperti pada kritikus musik), mengubah music (seperti pada komposer musik) serta mengekspresikan musik (seperti pada penyanyi).
Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan matematika dan ilmu sains dalam diri seorang anak. Hal ini didukung oleh hasil penelitian ahli saraf Harvard Musical School yang membuktikan adanya tumpang tindih pada sel otak yang memproses musik, bahasa, logika-matematika dan abstract learning. Sehingga penggunaan musik di kelas dapat membantu menciptakan suasana yang mendukung proses pembelajaran yaitu suasana yang santai tapi waspada serta yang membangkitkan semangat.
Ketika berusia tiga tahun, Yehudi Mehudin dibawa masuk secara sembunyi-sembunyi ke dalam pertunjukkan konser San Fransisco Orchestra oleh orang tuanya. Suara biola Louis Persinger demikian mempesona anak muda ini sehingga dia berkeras meminta biola sebagai hadiah ulang tahunnya dan meminta Louis Persinger sebagai gurunya.
Dia memperoleh keduanya. Saat dia berusia sepuluh tahun, Menuhin sudah menjadi pemain bola internasional.
Kecerdasan musikal pemain biola Yahudi Mehudin menunjukkan bahwa kecerdasan itu muncul secara biologis kemudian berkembang setelah menerima pelatihan musik. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan seseorang untuk menikmati, membedakan, mengembangkan serta mengekspresikan bentuk-bentuk musik maupun suara.
3) Logical-mathematical intelligence atau kecerdasan matematis-logis
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Orang dengan kecerdasan matematis-logis yang berkembang adalah orang yang mampu memecahkan masalah, mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan yang logis, dapat mengerti pola dan hubungan serta mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Gardner mengemukakan bahwa teori perkembangan kognitif John Piaget merupakan gambaran dari pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan matematis-logis. Mulai dari interaksi anak dengan objek dalam ruang dan waktu melalui pengenalan angka dan perkembangan pemahaman akan simbol abstrak dan kemampuan untuk memanipulasi simbol tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan bilangan dan logika secara efektif.
4) Visual/spatial intelligence atau kecerdasan ruang-visual
Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia ruang-visual secara tepat dan kemudian bertindak atas persepsi tersebut. Lebih jauh lagi Gardner menyebutkan bahwa kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang.