logo PT Nirmala Satya Development
Coping Stress

Keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian yang penuh stress, daripada mencoba menemukan satu strategi yang paling berhasil

Ada beberapa bentuk coping stress. Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 1997) secara umum membedakan bentuk dan fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu sebagai berikut:

Coping Yang Berfokus Pada Masalah (Problem-Focused Coping)

Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah strategi untuk penanganan stress atau coping yang berpusat pada sumber masalah, individu berusaha langsung menghadapi sumber masalah, mencari sumber masalah, mengubah lingkungan yang menyebabkan stress dan berusaha menyelesaikannya sehingga pada akhirnya stress berkurang atau hilang.

Untuk mengurangi stressor individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi karena individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress. Strategi ini akan cenderung digunakan seseorang jika dia merasa dalam menghadapi masalah dia mampu mengontrol permasalahan itu.

Coping Yang Berfokus Pada Emosi (Emotion-Focused Coping)

Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah strategi penanganan stress dimana individu memberi respon terhadap situasi stress dengan cara emosional. Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Pengaturan ini melalui perilaku individu bagaimana meniadakan faktafakta yang tidak menyenangkan. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang menekan individu akan cenderung untuk mengatur emosinya dalam rangka penyesuaian diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini jika dia merasa tidak bisa mengontrol masalah yang ada.

Berawal dari pendapat yang dikemukakan Lazarus mengenai tipe coping stres, suatu studi lanjutan dilakukan oleh Folkman, dkk (dalam Smet, 1994) mengenai variasi dari kedua strategi terdahulu, yaitu problem-focused coping dan emotion focused coping.

Hasil studi tersebut menunjukkan adanya delapan bentuk coping yang muncul, yaitu sebagai berikut:

Problem focused coping (1)

Problem focused coping, antara lain:

  1. Planful Problem Solving. Menggambarkan usaha pemecahan masalah dengan tenang dan berhati-hati disertai dengan pendekatan analisis untuk pemecahan masalah.
  2. Confrontive Coping. Menggambarkan reaksi agresif untuk mengubah keadaan, yang menggambarkan pula derajat kebencian dan pengambilan resiko.
  3. Seeking Social Suport. Menggambarkan usaha untuk mencari dukungan dari pihak luar, baik berupa informasi, bantuan nyata maupun dukungan emosional.

Emotion focused coping (2)

  1. Distancing. Menggambarkan reaksi melepaskan diri atau berusaha tidak melibatkan diri dalam permasalahan, disamping menciptakan pandangan-pandangan yang positif.
  2. Self-Control. Menggambarkan usaha-usaha untuk meregulasi perasaan maupun tindakan.
  3. Accepting Responsibility. Yaitu usaha-usaha untuk mengakui peran dirinya dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba untuk mendudukkan segala sesuatu dengan benar sebagaimana mestinya.
  4. Escape-Avoidance. Menggambarkan reaksi berkhayal dan usaha menghindar atau melarikan diri dari masalah yang sedang dihadapi.
  5. Positive Reappraisal. Menggambarkan usaha untuk menciptakan makna yang positif dengan memusatkan pada pengembangan personal dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.

Lahey (2004) mengemukakan dua bentuk coping stress yaitu coping efektif dan coping tidak efektif.

Coping Efektif

coping yang efektif antara lain:

  • Menjauhi sumber-sumber stress (removing stressor)
  • Melakukan penyesuaian dalam pemikiran ketika menghadapi suatu permasalahan (cognitive coping)
  • Mengatur reaksi yang ditimbulkan karena stress atau segala tekanan (managing stress reaction)

Coping Yang Tidak Efektif

Coping yang tidak efektif antara lain :

  • Penghindaran (withdrawal)
  • Bersikap agresi (aggression)
  • Mengobati diri sendiri, seperti minum-minuman keras dan pelarian pada obat terlarang (self-medication)
  • Melakukan ego pertahanan diri (defends mechanism) seperti melakukan displacement, sublimasi, proyeksi, reaksi formasi, regresi, rasionalisasi, represi, denial, dan intelektualisasi.

Smet (1994) juga berpendapat bahwa, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk semua situasi stress. Tidak ada coping stres yang paling berhasil. Menurut Rutter (dalam Smet, 1994) coping yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan situasi. Keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian yang penuh stress, daripada mencoba menemukan satu strategi yang paling berhasil.


DAFTAR PUSTAKA

Sarafino. E. P. 1997. Health Psychology: Biosychosocial Interactions. New York: John Wiley & Sons . Inc.

Bart, Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarna Indonesia : Jakarta.

Lahey, B. 2004. Psychology An Introduction. New York: McGraw Hill Companies Inc.