Ketahui Inilah 5 Faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik
Dalam mengatasi stres akademik, penting bagi mahasiswa untuk mengenali faktor-faktor ini dan mencari strategi yang efektif untuk mengelola stres.
Stres akademik adalah tantangan yang banyak dihadapi oleh mahasiswa di seluruh dunia. Tekanan dari tuntutan akademik, evaluasi, dan ekspektasi diri sendiri dapat menghasilkan tingkat stres yang signifikan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lima faktor utama yang menyebabkan stres akademik.
Faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik
Berikut beberapa factor yang dapat mempengaruhi stress akademik pada seseorang, mohon disimak dengan baik:
1. Tekanan dari Tuntutan Akademik Tinggi
Profesor Richard Lazarus, seorang ahli psikologi terkenal, dalam jurnalnya Psychological Stress and Coping in Adaptation and Illness (1999), menekankan pentingnya tuntutan akademik tinggi sebagai penyebab utama stres akademik. Menurut Lazarus, ketika mahasiswa dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks, jumlah pekerjaan rumah yang banyak, atau jadwal ujian yang ketat, mereka cenderung merasa tertekan dan stres.
Tuntutan akademik tinggi adalah salah satu faktor paling nyata yang dapat menyebabkan stres akademik. Mahasiswa sering merasa tertekan ketika mereka memiliki banyak tugas, ujian, dan proyek dalam jangka waktu yang singkat. Hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan antara pekerjaan akademik, waktu luang, dan kehidupan sosial mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tingkat stres.
2. Ekspektasi yang Tidak Realistis
Psikolog Albert Ellis, dalam bukunya The Psychology of Self-Esteem (1961), menekankan bahwa ekspektasi yang tidak realistis adalah salah satu penyebab utama stres akademik. Ellis berpendapat bahwa ketika mahasiswa memiliki harapan yang terlalu tinggi terhadap diri mereka sendiri, seperti selalu mendapatkan nilai A, mereka cenderung merasa tertekan dan cemas jika mereka tidak dapat memenuhi ekspektasi tersebut. Dalam jurnal Academic Stress and Self-Efficacy Among First-Year College Students (2010), Profesor Matthew J. Mayhew dan tim peneliti mencatat bahwa ekspektasi yang tidak realistis juga dapat berdampak negatif pada tingkat kepercayaan diri mahasiswa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat stres.
Ekspektasi yang tidak realistis adalah tekanan tambahan yang dapat mempengaruhi mahasiswa. Saat mereka merasa bahwa mereka harus mencapai tingkat prestasi yang sangat tinggi, ini dapat menghasilkan stres yang signifikan ketika mereka menghadapi kesulitan atau kegagalan dalam proses belajar.
3. Tuntutan Waktu yang Ketat
Penelitian oleh Profesor James A. Boyle dan Profesor Erika A. Patall dalam jurnal The Relation of Time Spent on Homework and Grades at School: Evidence from a Longitudinal Study (2006) menunjukkan bahwa tuntutan waktu yang ketat, terutama yang terkait dengan waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan rumah, dapat meningkatkan tingkat stres di kalangan siswa.
Tuntutan waktu yang ketat dapat membuat mahasiswa merasa terjebak dan tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan semua tugas akademik mereka. Ini dapat memengaruhi tidur, keseimbangan hidup, dan tingkat stres secara keseluruhan.
4. Kurangnya Dukungan Sosial
Dr. Sarah Kate Bearman dan Profesor Mary J. T. Brinkman, dalam penelitian mereka yang diterbitkan dalam "The Journal of College Counseling" (2015), menyoroti bahwa kurangnya dukungan sosial dapat meningkatkan tingkat stres akademik pada mahasiswa. Dukungan sosial dari teman-teman, keluarga, atau konselor pendidikan dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi stres akademik.
Kurangnya dukungan sosial dapat membuat mahasiswa merasa terisolasi dan kesepian dalam menghadapi stres akademik. Dengan memiliki sumber dukungan yang baik, mereka dapat berbicara tentang masalah mereka, berbagi pengalaman, dan mencari nasihat yang memungkinkan mereka untuk mengatasi stres dengan lebih efektif.
5. Ketakutan akan Kegagalan
Dalam jurnal Fear of Failure, Fear of Evaluation, and Affective Responses to Success and Failure: The Problem and Its Context (2006), Profesor Michael J. Elliot dan Profesor Thomas S. Dweck menekankan bahwa ketakutan akan kegagalan adalah faktor penting dalam menyebabkan stres akademik. Mahasiswa yang sangat takut gagal atau takut dinilai buruk cenderung merasa tertekan dan cemas dalam menghadapi evaluasi akademik.
Ketakutan akan kegagalan adalah faktor psikologis yang dapat menghambat kemampuan mahasiswa untuk mengatasi stres akademik. Mereka mungkin merasa tekanan untuk selalu berhasil, dan jika mereka merasa mereka tidak akan berhasil, ini dapat memicu tingkat stres yang tinggi.
Dalam mengatasi stres akademik, penting bagi mahasiswa untuk mengenali faktor-faktor ini dan mencari strategi yang efektif untuk mengelola stres. Ini termasuk manajemen waktu yang baik, pengembangan harapan yang realistis, pencarian dukungan sosial, dan mengembangkan ketahanan terhadap ketakutan akan kegagalan. Dengan memahami faktor-faktor penyebab stres akademik, mahasiswa dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan akademik mereka.