Tes Kejiwaan MMPI Mampu Mengungkap Dinamika Kepribadian
Tujuan tes kejiwaan MMPI adalah untuk mengetahui kepribadian seseorang, terutama gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri seseorang, seperti gangguan anti sosial, gangguan seksual, halusinasi, gangguan kecemasan, gangguan depresi, kehohongan, dan sebagainya.
Tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) adalah salah satu tes kepribadian yang mampu mengungkap dinamika kepribadian secara lengkap. Tes MMPI yang biasa disebut Tes Kejiwaan atau Tes Kesehatan Jiwa (keswa) ini secara luas dipergunakan di Indonesia untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan klinis (mengukur tingkat patologi atau gangguan jiwa), keperluan assessment jabatan (penilaian kecocokan seseorang dengan jabatan tertentu), seleksi karyawan maupun untuk rekrutment karyawan.
Tes kejiwaan MMPI merupakan tes yang mudah dikerjakan karena peserta tes hanya menjawab “ya” atau “tidak” apakah sesuai dengan kondisinya. Tes kejiwaan MMPI terdiri dari 566 soal (MMPI), 567 SOAL (MMPI-2), dan 338 soal (MMI-2 RF). Tujuan tes kejiwaan MMPI adalah untuk mengetahui kepribadian seseorang, terutama gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri seseorang, seperti gangguan anti sosial, gangguan seksual, halusinasi, gangguan kecemasan, gangguan depresi, kehohongan, dan sebagainya.
Berikut penjelasan lebih detail Skala Klinis yang dapat diungkap dengan tes Kejiwaan MMPI yang perlu diketahui.
1. Hipokondriasis (Hs)
Skala 1 awalnya dirancang untuk membedakan penderita hipokondriasis dengan para pasien dengan tipe-tipe psikiatrik lainnya. Meskipun skala itu dapat menunjukan diagnosis hipokondriasis, namun skala itu paling berguna sebagai sebuah skala untuk mengindikasikan berbagai macam karakteristik kepribadian, tetapi belum tentu konsisten dengan diagnostik untuk hipokondriasis.
2. Depresi
Skala dua berhubungan dengan brooding, kelambanan fisik, perasaan depresi yang subjektif, apati mental, dan malfungsi fisik. Skor tinggi mungkin mengindikasikan berbagai kesulitan di salah satu bidang atau lebih. Orang yang mendapat skor tinggi pada skala 2 biasanya dideskripsikan sebagai orang yang suka mengkritik dirinya, menarik diri, suka menyendiri, pendiam dan retiring (mengundurkan diri).
3. Histeria
Dirancang untuk mengindikasikan pasien-pasien yang telah mengembangkan gangguan-gangguan atau motorik-motorik yang berbasis psikogenetik. Fitur penting orang yang mempunyai skor tinggi pada skala ini adalah mereka secara stimulan melaporkan keluhan-keluhan fisik tertentu, tetapi juga menggunakan gaya pengingkaran dimana mereka mungkin mengekspresikan optimism secara berlebih-lebihan.
4. Deviasi Psikopatik
Skala ini untuk menilai tingkat penyesuaian sosial seseorang secara umum. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan bidang-bidang seperti derajat pengasingan diri dari keluarga, kedap sosial, masalah dengan sekolah dan figur otoritas, dan penarikan diri dan masyarakat.
5. Minat (pria/wanita)
Skala ini dirancang untuk mengidentifikasi laki-laki yang mengalami masalah dengan perasaan homoseksual dan kebingungan identitas gender. Akan tetapi, upaya ini kurang berhasil karena skor yang tinggi tampaknya tidak mempunyai kaitan yang jelas dengan preferensi seksual.
6. Paranoid
Untuk mengidentifikasi orang dengan kondisi atau keadaan paranoid. Ia mengukur derajat sensitifitas interpersonal, kebijakan diri, dan kecurigaan seseorang. Elevasi ringan pada skala 6 menunjukan bahwa orang itu emosional, berhati lembut, dan mengalami sensitivitas interpersonal. Bila elevasi lebih tinggi, kecurigaan dan sensitifitas seseorang menjadi lebih ekstrim dan konsisten dalam proses-proses psikotik.
7. Psikastenia
Skala ini mudah dilihat sebagai pengukuran kecemasan dan gangguan penyesuaian diri secara umum. Pasien dengan skor tinggi menunjukkan kecemasan, tegang dan kegelisahan. Mereka akan mudah sekali khawatir dan sangat cemas meskipun terhadap masalah kecil. Mereka merasa terancam dan takut. Dalam berkonsentrasi sulit. Orang lain melihat dirinya ragu-ragu dan khawatir dengan terlalu banyak introspeksi diri, obsesif dan kompulsif hampir setiap waktu. Terkadang simptom fisik menyertainya terutama pada detak jantung. Seringkali pasien menganggapnya sakit jantung.
8. Skizofrenia
Skala ini dirancang untuk mengidentifikasi orang yang mengalam kondisi skizofrenik atau mirip. Tujuan ini sebagian berhasil dalam arti bahwa diagnosis skizofrenia muncul sebagai sebuah kemungkinan dalam kasus orang yang mendapat skor tinggi. Akan tetapi, bahkan orang yang mendapat skor cukup tinggipun belum tentu memenuhi kriteria skizofrenia.
9. Hipomania
Pada skala 9 awalnya dikembangkan untuk mengidentifikasikan orang yang mengalami gejala-gejala hipomanik. Gejala-gejala ini mungkin mencakup periode-periode siklus euphoria, iritabilitas yang mengikat, dan aktivitas tidak produktif yang eksesif yang mungkin digunakan sebagai distraksi untuk menghancurkan depresi. Skala ini efektif bukan hanya dalam mengidentifikasi orang dengan kondisi manik tingkat sedang, tetapi juga dalam mengidentifikasi karakteristik kelompok-kelompok bukan pasien.
10. Interversi Sosial
Skala ini dikembangkan dari personal mahasiswa pada pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kontinum introversiekstraversi. Skala ini divalidasi berdasarkan sejauh mana mahasiswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial. Skor yang tinggi menunjukan bawah responden pemalu, mempunyai keterampilan sosial yang terbatas, merasa tidak nyaman dalam interaksi sosial, dan menarik diri dari banyak situasi interpersonal.
Demikianlah penjelasan tes kejiwaan MMPI yang perlu diketahui. Jika anda ingin mengikuti tes MMPI, kini telah tersedia tes kejiwaan MMPI Online di NS Development. Anda dapat memilih jenis tes kejiwaan MMPI untuk keperluan pribadi (hanya memberikan grafik dan deskripsi hasil tes), atau untuk rekomendasi sesuai dengan keperluan anda (memberikan grafik, deskripsi hasil tes dan surat keterangan sehat jiwa/rohani jika hasil tes tidak menunjukkan hasil yang patologi).
Ikut tes kejiwaan MMPI Online di NS Development.